Setiap tanggal 13 Juni diperingati sebagai peringatan wajib Santo Antonius dari Padua. Walaupun secara khusus di Balikpapan dan secara umum di Indonesia Santo Antonius dari Padua tidak dirayakan secara meriah, tetapi di banyak negara lain, khususnya Portugal dan Brazil. Tahun ini perayaannya juga lebih meriah di kedua negara tersebut karena bertepatan dengan 777 tahun wafatnya Santo Antonius dari Padua. Kami secara singkat mengangkat tema Santo Antonius dari Padua dan kisah hidupnya menanggapi panggilan Tuhan dan peranannya terhadap Gereja karena beliau adalah salah seorang dari Doktor Gereja modern yang berperan merumuskan banyak sekali butir-butir filsafat dan teologis dalam Gereja Katolik.
Walaupun dikenal sebagai Antonius dari Padua, tetapi ternyata Antonius bukan lahir di Padua, dan nama kelahirannya pun bukan Antonius. Orangtuanya, Martin Vicente de Bulhão dan Teresa Pais Taveira memberinya nama Fernando Martins de Bulhão saat kelahirannya 15 Agustus 1195. Keluarganya mengatur pendidikan yang terbaik baginya di sebuah sekolah lokal tetapi ia menolak dan malah masuk ke biara Santo Agustinus di Lisbon dan menjadi anggota tarekat Santo Agustinus yang terkenal dengan karya kependidikannya. Ia belajar Kitab Suci dan Bahasa Latin. Karena latar belakang keluarganya yang kaya raya, ia seringkali dikunjungi keluarga dan kenalannya yang membawakan aneka hadiah yang sebetulnya malah membuatnya jengah. Karena ingin menghindarkan diri dari hadiah-hadiah dari keluarga, ia meminta memohon pada pimpinan tarekatnya agar memindahkannya dari Portugal. Pimpinannya menyetujui permohonannya, dan ia melanjutkan studinya ke sesama Biara Santo Agutinus, di Coimbra, masih di Portugal.
Selama di biara Coimbra, ia bertugas menerima tamu-tamu biara. Dalam tugasnya ini pada suatu hari di tahun 1219, saat ia berumur 24 tahun, ia berkenalan dengan lima orang Fransiskan yang sedang melakukan perjalanan ke Maroko sebagai misionaris. Ia terpesona pada kesederhanaan hidup para Fransiskan yang menurutnya meneladani kesederhanaan pada Kitab Suci. Tahun berikutnya, yaitu pada Februari 1220, sebuah berita dukacita tiba mengabarkan kelima Fransiskan tersebut mati sebagai martir. Kelima jenazah martir tersebut: St. Berard, Otto, Petrus, Akursio dan Ainto. Ia merenungkan kepahlawanan kelima Fransiskan tersebut yang dengan gigih mewartakan Injil sehingga mereka didera dan dipenggal di Maroko. Ia ingin mengikuti perintah Tuhan untuk meninggalkan segalanya dan mengikutiNya. Ia juga berharap dapat melakukan misi hingga ke Maroko. Setelah mendapatkan restu dari atasannya, ia diperkenankan meninggalkan biara Agustinusnya untuk bergabung dengan ordo Fransiskan. Di musim panas 1220, ia diterima sebagai dalam ordo Fransiskan dan mulai mempelajari ajaran dari pemimpin ordo, Fransiskus dari Asisi. Nah di sinilah secara resmi ia menggunakan nama Antonius, untuk menghormati Santo Antonius Agung yang juga merupakan nama biara Fransiskannya, di Coimbra, Portugal.
Tak lama kemudian, Antonius ditugaskan ke Maroko bersama beberapa Fransiskan lainnya. Ia berharap dapat menjadi martir saat melakukan misi di sana. Tetapi sayangnya begitu tiba di Maroko, ia malah sakit keras sehingga tidak ada jalan lain selain pulang untuk memulihkan kesehatannya.
Dalam perjalanan kembali ke Portugal, kapal yang ditumpanginya diterpa badai di lepas pantai Sicilia sehingga harus mendarat di Messina. Saat itu ia memutuskan untuk menetap saja di Italia dan hendak mengunjungi Asisi dan mencoba untuk mendaftar di biara di Italia, tetapi ia mendapat kesulitan karena kondisi kesehatannya. Akhirnya ia diterima, tetapi di luar kehendaknya, ia diterima di sebuah karya kesehatan, yaitu sebuah klinik kecil di luar kota Sao Paulo, dekat Forli, Romagna, Italia karena melihat kondisi kesehatannya. Sambil memulihkan kesehatannya, ia juga bekerja di bagian dapur.
Pada suatu hari, pada suatu kesempatan perayaan, ketika banyak tamu-tamu hadir, termasuk imam-imam Dominikan, terjadi kesalahpahaman mengenai siapa yang harus memberikan homili. Fransiskan berpikir Dominikan yang akan memberikan homili, karena Dominikan adalah ordo yang mengkhususkan diri dalam berkotbah, sehingga sampai hari ini Dominikan juga disebut sebagai Ordo Pengkotbah (OP- Ordo Praedicatorum- Order of Preachers). Nah para Dominikan ini sebaliknya, datang tanpa persiapan dan berpikir Fransiskan sang tuan rumah lah yang akan memberikan kotbah.
Dalam kebingungan tersebut, pimpinan biara setempat berpikir Antonius lah yang lebih baik daripada para Fransiskan lainnya yang ada di sana untuk dapat memberikan kotbah. Ia memanggil Antonius dan menyuruhnya untuk berkata apapun yang dikatakan Roh Kudus baginya. Kotbah yang disampaikan Antonius begitu memikat semua yang hadir. Itulah titik awal kehidupan Antonius sebagai seorang pengkotbah ulung. Provinsialnya memintanya untuk memberikan kotbah mengenai Kitab Suci hingga Lombardy di bagian utara Italia. Itulah saat-saat kemampuan terbaiknya digunakan bagi Gereja. Pada saat-saat lain ia menjadi pengajar, di beberapa universitas hingga di Perancis, tetapi sebagai pengkotbah lah bakat terbesarnya.
Pada tahun 1226, setelah menghadiri kapitel Fransiskan di Arles, Perancis dan berkotbah di Provence, Perancis, Antonius kembali ke Italia dan menjadi perwakilan pada kapitel dengan Paus Gregorius IX. Kotbahnya di hadapan Paus juga sangat mempesona dan dinobatkan sebagai ”kotak permata kitab suci.”
Sembilan tahun lamanya Antonius berkhotbah, mempertobatkan banyak orang dan melakukan banyak mukjizat di Perancis, Sisilia serta Italia. Dari sembilan tahun hidupnya sebagai pengkotbah, tahun 1222-1224 ia berkotbah melawan bidaah di Italia bagian Utara, tahun 1224 ia berkotbah melawan bidaah Albigensis di Perancis bagian Selatan. Dari 1227-1230 ia kembali ke Italia dan selama masa Prapaskah tahun 1231 ia berkotbah setiap hari di Padua. Ia seorang pengkhotbah yang ulung. Kemana pun ia pergi orang banyak datang berduyun-duyun untuk mendengarkan khotbahnya hingga seringkali ia harus berbicara di lapangan terbuka karena tidak ada gedung yang sanggup menampung orang-orang yang ingin mendengarkannya. Sangat banyak orang bertobat dari perbuatan jahat: pencuri dan pembunuh. Para pembangkang ajaran Gereja juga banyak yang kembali berdamai kembali dengan Gereja.
Antonius kemudian memangku jabatan sebagai provinsial Fransiskan di wilayah Emilia-Romagna di Italia pada 30 Mei 1226. Tetapi tak lama kemudian ia kembali mulai sakit pembengkakan pada kelenjar-kelenjar tubuhnya. Tahun 1231 ia pergi ke retret bersama dua orang Fransiskan lainnya di kawasan hutan di Camposanpiero. Di sana Antonius tinggal di sebuah pondok sederhana di bawah pohon. Pada perjalanan pulang ke Padua, Antonius meninggal dunia di tengah perjalanan saat singgah di sebuah biara di Arcella. Saat itu tanggal 13 Juni 1231, ia berusia 36 tahun. Saat kematiannya, banyak anak-anak menangis di jalan dan lonceng-lonceng gereja berdentang sendirinya.
Ia dimakamkan di sebuah kapel yang kini menjadi bagian dari Basilika Santo Antonius di Padua, Italia. Rumah kelahirannya di Lisbon, Portugal juga akhirnya kini menjadi sebuah gereja bernama Igreja de Santo António de Lisboa.
Setahun kemudian Antonius dikanonisasi sebagai orang kudus, tepatnya pada 30 Mei 1232. Saat kanonisasi itu ia diberi gelar “pengajar Gereja” oleh Paus Gregorius IX. Gelar utamanya sebagai Doktor Gereja diberikan oleh Paus Pius XII pada tanggal 16 Januari 1946. Hingga hari ini belum ada orang kudus yang dikanonisasi secepat Antonius dari Padua, yaitu hanya 352 hari setelah kematiannya. Biasanya proses kanonisasi dalam Gereja bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Bila kita melihat gambar Santo Antonius dari Padua, selalu terlihat ia digambarkan memeluk kanak-kanak Yesus, atau Kanak-kanak Yesus berdiri di atas kitab suci yang tengah terbuka di hadapannya. Selain Bunda Maria dan Santo Yosef, Santo Antonius dari Padua lah orang kudus Gereja yang paling sering digambarkan membawa kanak-kanak Yesus dalam pangkuannya. Kisahnya demikian:
Pada suatu hari St. Antonius bermalam di rumah seorang temannya, Lord of Chatenauneuf. St. Antonius berdoa dengan khusuk hingga larut malam. Tiba-tiba ruangan kamarnya dipenuhi oleh sinar yang sangat terang, lebih terang dari sinar matahari. Kemudian Yesus menampakkan diri kepada St. Antonius dalam rupa seorang anak kecil. Chatenauneuf melihat sinar cemerlang keluar dari celah bawah pintu kamar Antonius. Merasa heran, temannya itu mengintip melalui lubang kunci. Ia melihat seorang anak kecil yang elok parasnya sedang berdiri di atas buku sambil memeluk leher St. Antonius dengan kedua belah tangannya. Ketika St. Antonius membuka pintu kamar dan mendapati Chatenauneuf, ia berpesan agar temannya itu tidak menceritakan apa yang dilihatnya kepada siapa pun juga selama ia masih hidup.
Hal lain adalah Santo Antonius dari Padua seringkali diminta tolong oleh umat Katolik agar dengan perantaraannya kita dapat menemukan kembali barang kita yang hilang. Nah mengapa St. Antonius dimohon pertolongannya menemukan barang-barang yang hilang? Santo Antonius dari Padua, adalah santo pelindung barang-barang yang hilang atau dicuri.
Santo Antonius diangkat menjadi santo pelindung barang-barang yang hilang atau pun dicuri karena pengalaman hidupnya. St. Antonius mempunyai sebuah buku Mazmur yang sangat berarti baginya. Dalam buku Mazmurnya itulah ia mencoretkan catatan-catatan atau komentar-komentar yang dipergunakannya untuk mengajar murid-muridnya di Ordo Fransiskus. Seorang novis (yaitu seorang biarawan yang sedang menjalani masa percobaan) mulai bosan dengan kehidupan religius biara, karenanya ia memutuskan untuk melarikan diri. Ia pergi dengan membawa serta buku Mazmur St. Antonius! Ketika St. Antonius menyadari bahwa bukunya telah hilang, ia menjadi sangat sedih. St. Antonius berdoa dengan sangat agar buku Mazmurnya segera diketemukan atau dikembalikan kepadanya. Tuhan menjawab doa St. Antonius. Novis yang telah mencuri bukunya itu merasa tidak tenang jiwanya, sehingga akhirnya ia mengembalikan buku Mazmur itu kepada St. Antonius. St. Antonius memaafkan segala perbuatannya. Novis itu bahkan diterima kembali di biara.
Selain itu sebuah kisah mukjizat yang dibuat Santo Antonius saat ia berkotbah di Toulouse, Perancis mengingatkan kita untuk menghargai Sakramen Ekaristi. Di Toulouse, Santo Antonius dari Padua berdebat sengit dengan seorang penganut bidaah yang tegar hati mengenai Sakramen Ekaristi yang mendatangkan keselamatan. Akhirnya, penganut bidaah tersebut berkata:
“Marilah kita akhiri perdebatan ini dan berpegang pada fakta yang ada. Jika engkau, Antonius, dapat membuktikan bahwa dalam Ekaristi, betapapun tersembunyinya, terdapat Tubuh Kristus, aku bersedia mengingkari segala macam bidaah apapun dan menyerahkan diri pada iman Katolik.”
St Antonius menjawab dengan penuh iman, “Aku percaya pada Juruselamatku Yesus Kristus, bahwa demi pertobatanmu dan pertobatan orang-orang lainnya, atas belas kasihan-Nya, aku akan mendapatkan apa yang engkau minta.”
Penganut bidaah tersebut berdiri; dengan gerakan tangannya ia meminta kepada orang banyak yang menyaksikan adu argumentasi agar tenang. Lalu, katanya, “Dengarkan baik-baik, kalian semua! Aku akan mengurung keledaiku selama tiga hari dan membiarkannya kelaparan. Setelah tiga hari itu, di hadapan orang banyak, aku akan menggiringnya keluar dan memperlhatkan kepadanya setumpuk jerami segar. Sebaliknya, engkau akan memperlihatkan kepadanya apa yang kalian yakini sebagai Tubuh Kristus. Jika keledai yang kelaparan itu, tidak menghiraukan jerami segar, melainkan bergegas menyembah Tuhan-mu, maka aku akan dengan segenap hati percaya pada iman Gereja.” St Antonius segera menyanggupi tantangan tersebut.
Hari yang dinanti-nantikan itu pun tibalah. Orang banyak datang berduyun-duyun memenuhi alun-alun kota. St Antonius datang bersama serombongan umat beriman. Penganut bidaah itu juga datang bersama serombongan pendukungnya. Orang kudus kita memasuki kapel terdekat, merayakan Misa Kudus dengan amat khusuk. Selesai perayaan, St Antonius keluar di mana orang banyak telah menunggu. Dalam tangannya, ia membawa Tubuh Kristus dengan sangat hormat.
Sementara itu, keledai yang lapar digiring keluar dari kandangnya dan kepadanya diperlihatkan jerami yang menggugah selera. Dengan penuh iman kepercayaan, St Antonius berkata kepada si keledai, “Demi nama Sang Pencipta, yang, walau tak pantas, aku bawa dalam genggaman tanganku, aku perintahkan kepadamu, hai keledai, segeralah datang mendekat, dan dengan kerendahan hati, tunjukkanlah sembah sujud yang pantas bagi Pencipta-mu, agar orang-orang sesat dapat belajar dari peristiwa ini bahwa setiap ciptaan haruslah sujud menyembah Tuhan, sementara Ia ada dalam genggaman imam di atas altar.”
Baru saja St Antonius menyelesaikan perkataannya ketika sang keledai, sama sekali tak mengindahkan jerami segar, berlutut serta menundukkan kepalanya dalam-dalam ke tanah, berlutut di hadapan Sakramen Tubuh Kristus yang hidup.
Umat beriman dipenuhi sukacita yang meluap, para penganut bidaah dan orang-orang yang tidak percaya merasa kecewa dan malu. Tuhan dipuji dan disembah, iman Katolik dihormati dan dijunjung tinggi, kekejian ajaran sesat dipermalukan dan dikutuk dengan kutuk abadi. Penganut bidaah itu pun mengingkari ajaran bidaahnya di hadapan mereka semua yang hadir.
Kita mengetahui bahwa Santo Antonius dari Padua sangat populer digambarkan dengan menggendong Kanak-Kanak Yesus yang berdiri di atas Kitab Suci dan memegang bunga bakung (bunga Lily). Nah, apa sebenarnya arti dari penggambaran tersebut.
Untuk itu kita akan sejenak menengok latar belakang, yaitu hubungan Antonius dan Fransiskus dari Asisi. Perlu diingat bahwa Antonius dari Padua hanya berusia 14 tahun lebih muda dari Santo Fransiskus dari Assisi, pendiri ordo Fransiskan. Ia menjadi pengikut Fransiskan juga saat Fransiskus masih hidup dan berkarya. Pada saat awalnya bergabung, ia belumlah dikenal sama sekali oleh Fransiskus, tetapi tiga tahun kemudian ia menerima surat pribadi dari Fransiskus yang memintanya mengajar theologi kepada para Fransiskan lainnya. Nah sebagai seorang Fransiskan, ia mengetahui sebuah kisah bahwa Yesus juga menampakkan diri kepada Fransiskus dalam wujud kanak-kanak. Perwujudan sebagai kanak-kanak ini sangat penting bagi para Fransiskan ini, karena Fransiskus sendiri menaruh perhatian pada kesederhanaan dan kemiskinan. Allah yang meninggalkan kemuliaanNya dan memilih menjadi bayi yang kecil, lemah dan tak berdaya adalah pusat perhatian Fransiskus. Dalam peristiwa Natal, Fransiskus melihat Allah yang maha pemurah hadir ke dunia memberikan diri sepenuhnya dalam kerendahan hati dan kemiskinan. Kesederhanaan dan kemiskinan Allah yang berinkarnasi sebagai manusia sangat berpengaruh pada Fransiskus, sehingga bahkan pada ajarannya pada pengikutnya agar mereka melayani Tuhan dalam kemiskinan karena Tuhan telah memiskinkan diriNya bagi kita di dunia ini.
Antonius tentu saja paham dan mengerti ajaran Fransiskus ini, Tetapi lebih dari itu, Antonius bukan saja mencintai Tuhan yang hadir ke dalam dunia dalam peristiwa Natal. Ia juga senantiasa merenungkan kesederhanaan dan penyerahan diri dalam penderitaan Kristus dan kematianNya, sedemikian sehingga kerap kali ia menangis saat diam menatap salib Kristus. Ia juga melihat kesederhanaan Allah dalam peristiwa Ekaristi, karena hanya dengan makanan sederhana roti dan anggur Yesus memberikan diriNya bagi semua orang yang dikasihiNya.
Sehingga, melihat Santo Antonius menggendong Yesus di lengannya, kita melihat seorang Fransiskan yang sejati, yang merengkuh kesederhanaan dan ketidakberdayaan dalam tangannya.
Selain itu sebagai seorang pengkotbah, ia dipandang sebagai pewarta Kitab Suci, mengabarkan Sabda Allah yang menjadi manusia, kepada dunia dan khalayak. Kanak-kanak dalam pangkuan Antonius sering pula digambarkan berdiri di atas Injil. Dari sana kita melihat hubungan erat dengan pesan Santo Yohanes, ”Sabda itu telah menjadi manusia”
Selain itu, Santo Antonius seringkali digambarkan membawa bunga bakung/bunga lily. Jelas bunga lily ini adalah sebuah simbol. Sejak dulu kala bunga lily yang berwarna putih adalah lambang kekudusan, kemurnian dan integritas. Malaikat Gabriel senantiasa digambarkan membawa bunga lily untuk menggambarkan kemurnian Maria saat ia mengunjungi Maria untuk mengabarkan Kabar Sukacita.
Nah seorang bayi lemah tak berdaya yang berada dalam rengkuhan manusia dewasa menggambarkan hubungan kepercayaan yang sangat kuat. Seorang bayi dipercayakan kepada manusia dewasa agar dapat dirawat dan diarahkan dengan benar dan tidak diabaikan apalagi dibahayakan oleh manusia dewasa. Dengan membawa bunga lily, Santo Antonius memiliki integritas dan dipercaya untuk menjaga kanak-kanak yang lemah dan tak berdaya. Dalam dunia dewasa ini, di mana banyak anak-anak menjadi korban keserakahan, pengabaian dan penyalahgunaan, lambang-lambang ini: Santo Antonius, anak kecil dan bunga lily, memberikan banyak ruang bagi kita untuk merenungkan dan mendoakan anak-anak kita, Gereja dan Kristus sendiri yang menjadi hadiah yang dipercayakan bagi manusia.
Lukisan Santo Antonius menggendong bayi Yesus adalah sebuah lambang dan contoh bagi kita juga. Gambaran tersebut memberikan kita semangat untuk melintasi hidup menuju pada keindahan misteri Kristus yang rendah hati, merendahkan hati bagi kita, yang menjadi rekan bagi kita menjadi pelayan kemanusiaan dan menjadi penyembuh bagi dunia.
Kanak-kanak Yesus adalah juga gambaran yang disampaikan Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi. Santo Paulus meminta agar kita mengikuti sikap Yesus Kristus yang ”walaupun yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Bab 2 ayat 6-8). Ayat ini juga merupakan bentuk spiritualitas Fransiskan.
Inilah bentuk cinta yang memancar dari kanak-kanak Yesus yang digendong oleh Santo Antonius. Dengan pembaptisan, kita sesungguhnya juga senantiasa membawa kanak-kanak Yesus dalam rengkuhan kita, karena iman kita mengajarkan kita bahwa Yesus menyertai kita setiap saat. Seperti Santo Antonius, kita pun dengan gembira, dengan penuh cinta, membawa Kristus dalam perjalanan hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar