Marialis Cultus adalah nama sebuah surat apostolik Mariologi dari Paus Paulus VI yang dikeluarkan pada tanggal 2 Februari 1974. Penjelasan dala surat ini adalah Untuk Penataan dan Perkembangan yang Benar bagi Devosi kepada Sang Perawan Suci Maria. Dokumen ini tidak berfokus pada topik-topik khusus dalam Mariologi, namun memperjelas jalan bagaimana Gereja Katolik Roma merayakan liturgi yang memperingati Maria dan mengenai devosi kepada Maria. Surat apostolik ini memiliki tiga bagian:
· Bagian 1 membahas devosi-devosi kepada Maria dan latar belakang pemikirannya.
· Bagian 2 memfokuskan diri pada apa yang seharusnya ada di dalam devosi-devosi kepada Maria di masa depan.
· Bagian 3 merujuk pada Angelus dan Rosario. Surat ini mendorong praktek doa Angelus dan melahirkan 14 artikel terpisah bagi Rosario.
Bagian pertama: Devosi kepada santa perawan suci dalam liturgi
1. Perawan tersuci dalam liturgy Romawi yang dibarui
Dalam bagian ini, kenangan akan Ibu Maria ditempatkan dalam daur tahunan misteri Sang Putera, yaitu sejak penjelmaan sampai kedatangan-Nya kembali (no. 2). Ini berawal pada liturgy masa Adven, yaitu 8 Desember saat Gereja memperingati misteri Maria dikandung tanpa noda yang juga menunjuk pada persiapan mendasar kedatangan Penebus. Itu terungkap pada hari Minggu sebelum natal di mana Gereja mengenang nubuat-nubuat kuno mengenai Ibu Perawan dan makin dekatnya kedatangan Mesias (no.3). Di sini umat beriman didorong untuk meneladan Maria dalam mempersiapkan diri untuk menyongsong Sang Juruselamat yang akan datang dengan bertekun dalam doa dan bersorak dengan puji-pujian (4).
Pada masa Natal Gereja kemudian melihat peranan Maria sebagai perawan yang melahirkan Sang Juruselamat. Ibu dihormati seiring kelahiran Yesus ke dunia. Hal itu terungkap pula pada hari raya penampakkan Tuhan dan pada pesta keluarga kudus. Demikian juga ketika tanggal 1 Januari Gereja melihat peranan Maria sebagai Bunda Allah bersamaan dengan kelahiran Pangeran Perdamaian (5). Ia disebut sebagai ibu sang pembawa damai, yaitu hawa baru (25 Maret) yang menjadi Bunda Allah. Bunda Allah itu pula yang pada tanggal 15 Agustus dikenangkan pengangkatannya yang mulia ke surga (6). Selain hari raya-hari raya di atas, masi ada pesta lain lagi berkaitan dengan Bunda Maria yang ditempatkan dalam kalender liturgis, seperti pesta kelahiran Maria, kunjungan kepada Elisabeth (31 Mei), atau juga Bunda kedukaan (15 september). Pengenangan akan ibu penebus ini terungkap pula dalam doa syukur agung, yaitu dalam kalimat: …terutama santa perawan Maria, tetap perawan mulia,… Inti dari semua itu adalah orang boleh meneladan dan berdoa bersama bunda Maria, sambil mengubah penghormatan kepadanya menjadi kasih yang konkrit dan mendalam kepada Gereja (11). Penghormatan kepada Maria terungkap pula dalam buku laudes yang menunjukkan kesaksian penting devosi kepada Maria. Intinya itulah bahwa penghormatan kepada Maria berasal dan dilanjutkan serta dikembangkan terus menerus dari ibadat sepanjang masa dengan perhatian saksama terhadap kebenaran dan bentuk ungkapannya (15).
2./ Santa Perawan sebagai model Gereja dalam ibadat ilahi
Penegasan penting di sini adalah bahwa Maria merupakan contoh sikap rohani. Ia pantas diteladani karena keteladannya memang nyata dalam hal bahwa ia diakui sebagai teladan termulia Gereja menurut iman, kasih dan kesatuan dengan Kristus, yakni sikap batin yang meresapi Gereja, mempelainya yang terkasih dalam kesatuan erat dengan Tuhan. (16). Hal itu terungkap dalam beberapa hal:
· Maria adalah perawan yang mendengarkan, yaitu yang menyambut Sabda dalam iman, dengan iman yang baginya merupakan syarat dan jalan menuju keibuan ilahi (17)
· Maria juga adalah perawan yang berdoa. Ini terungkap jelas dalam magnificat. Dirinya merupakaan ungkapan pujian kepada Allah, rendah hati, penuh iman dan harap.(18)
· Ia juga adalah ibu perawan, yaitu dia yang karena iman dan ketaatannya melahirkan Putera Bapa di bumi. Inilah keibuan yang mengagumkan yang oleh Allah dipanggil menjadi pralambang dan teladan kesuburan gereja perawan yang juga menjadi ibu (19)
· Pada akhirnya, ia jugalah perawan yang mempersembahkan diri yang terungkap saat ia mempersembahkan anaknya di bait Allah. Hidupnya merupakan persembahan utuh kepada Allah (20)
Dari semua itu boleh disebut bahwa Maria merupakan pengajar hidup rohani bagi setiap orang kristiani. Hidupnya menjadi ibadat dan pengabdiannya menjadi kewajiban untuk hidup (21). Karena itulah hidup Maria menjadi seperti mempelai yang dihiasi bagi mempelai pria, Yesus Kristus. Beralasanlah peringatan KV II kepada semua orang beriman, agar mereka dengan murah hati memajukan penghormatan, terutama dalam liturgy, kepada santa Perawan.
Bagian Kedua: Pembaharuan devosi kepada Maria
Pembaruan ini mencakup penggantian unsure-unsur yang ketinggalan zaman, mengedepankan unsure-unsur yang abadi, dan mengangkat hasil ilmu yang dibuakan refleksi teologis dan diajukan Magisterium. Ada beberapa prinsip penting bagi tindakan ini:
1. Aspek-aspek Trinitaris, Kristologis dan eklesial devosi kepada Maria
Yang penting adalah kebaktian kepada Maria harus mengungkapakan ciri trinitas dan kristologis, yaitu ibadat yang terarah kepada Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Dalam kaitan dengan kristologi, bagus dikatakan supaya penghormatan kepada Maria harus mencerminkan rencana Allah dalam satu keputusan yang sama asal-usul Maria dan penjelmaan Kebijaksanaan ilahi. Ini penting agar devosi kepadanya sampai pada kesatuan iman dan pengakuan Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (25). Di sini diungkap juga karya Roh Kudus yang menguduskan dalam diri Maria. Maria menjadi tempat kediaman Roh Allah, sehingga umat memohon pengantaraannya untuk mendapatkan dari Roh Kudus kemampuan membangkitkan Kristus dalam jiwa sendiri (26). Ibadat kesalehan umat kepada Maria ini juga perlu menempatkan kedudukannya yang wajar dalam Gereja. Dengan itu kaum beriman dimungkinkan untuk lebih mudah menghargai perutusan Maria dalam misteri Gereja dan kedudukannya yang menonjol dalam persekutuan para Kudus. Ini sesuai dengan KV II mengenai hakekat Gereja sebagai keluarga Allah, umat Allah dan Tubuh Mistik Kristus. Kasih kepada Gereja menjadi kasih kepada Maria dan sebaliknya. Gereja dikatakan tak dapat disebut Gereja tanpa mengikutsertakan Maria ibu Tuhan (28). Singkatnya adalah penghormatan kepada Maria harus menunjukkan isi hakiki (trinitas dan kristologis) dan eklesiologisnya agar bentuk-bentuk dan teksnya dapat dibarui dengan cara yang tepat.
2. Empat petunjuk devosi kepada Santa Perawan: aspek biblis, liturgis, ekumenis dan antropologis.
Beberepa pedoman dari kitab suci, liturgy, ekumene, dan antropologi adalah penting untuk diperhatikan dalam setiap revisi atau penyusunan latihan rohani untuk menekankan dan mengedepankan ikatan yang mempersatukan umat kristiani dengan Ibu Kristus dan ibu kita dalam persekutuan para kudus. Dalam kaitan dengan segi biblis disebutkan bahwa kesalehan kepada Maria harus menimba dan mendapatkan kekuatan baru dan bantuan pasti dari Kitab Suci. Ini agar devosi kepada Maria sungguh diterangi cahaya sabda ilahi dan didorong untuk bertindak sesuai dengan perintah Kebijaksanaan yang menjelma. Selain aspek biblis, perlu diperhatikan pula amanat KV II, Sacrosanctum Consilium yang menyebut bahwa praktek devosi ini perlu pula memperhatikan masa liturgis dan harus sesuai dengan liturgy suci. Yang penting adalah penyesuaian bukan pencampuradukkan dengan liturgy resmi Gereja (31). Adanya sifat kegerejaan dalam devosi kepada Maria menjadi cerminan pula akan keperihatianan dan harapan gereja dewasa ini yang antara lain adalah kerinduan akan pemulihan kesatuan umat kristiani. Itu juga yang membuat praktek kesalehan umat ini menjadi sesuai dengan harapan dan tujuan gerakan ekumene, yaitu mendapatkan cirri ekumenis sama seperti penghormatan kepada maria oleh gereja ortodoks, atau juga kaum Anglikan yang sudah menunjukkan dasar biblis yang mantap untuk ibadat Bunda Tuhan, atau juga kaum reformis di mana cinta akan Kitab Suci amat hidup bila mereka memuliakan Allah dengan kata-kata Maria (33). Bagi umat Katolik sendiri, devosi kepada Maria juga menjadi kesempatan untuk memohon pengantaraannya pada Puteranya untuk memperoleh persatuan semua orang yang dibaptis menjadi satu Umat Allah.
Di samping ketiga hal di atas, aspek antropologis dalam penghormatan kepada Maria juga perlu diungkap. Ini lebih dikaitkan dengan perlakuan terhadap perempuan dalam dunia dewasa ini dan pengarunya terhadap Maria sebagai perempuan. Ini lebih pada kesulitan yang sering muncul berhadapan dengan gambaran Maria dan gaya hidup yang ada. Makin mencuatnya peranan Maria membuat banyak orang berpikir bahwa cakrawala kehidupan Maria terlalu terbatas dan bertentangan dengan lingkup luas manusia dewasa ini. Karena itu beberapa penegasan pantas disampaikan: a) Perawan maria selalu dianjurkan oleh Gereja sebagai teladan,bagi kaum beriman, bukan karena cara hidupnya apalagi karena lingkungan sosiologis-kultural yang hamper ketinggalan zaman, melainkan selalu karena ia dalam keadaan konkrit mengikuti kehendak Allah tanpa syarat dan penuh tanggung-jawab, b) Gereja bergembira bila memandang sejarah panjang devosi kepada maria, serta kesinambungan kebaktian, tetapi ia tak mengikat dirinya pada ungkapan khusus zaman tertentu yang menyertainya, dan mengerti bahwa bagaimanapun bentuk-bentuk ungkapan tertentu yang sebetulnya legitim kurang cocok untuk manusia yang hidup di zaman dan peradaban lain. Maria perlu dilihat sebagai tipe keibuan utama dan teladan mulia hidup sesuai Injil dan mempersatukan dalam dirinya situasi paling karakteristik dalam kehidupan seorang perempuan, c) Penekanan bahwa zaman kita sebenarnya tak berbeda dengan zaman sebelumnya, yaitu dipanggil untuk meninjau kembali pengetahuan sendiri berpegang pada Sabda Allah sambil membandingkan masalah-masalah antropologis dengan sosok Santa Perawan.
Hal-hal di atas dimaksudkan untuk mendukung perkembangan serasi penghormatan kepada Ibu Tuhan. Satu kalimat kunci terakhir itulah bahwa tujuan terakhir kebaktian kepada Santa Perawan ialah memuliakan Allah dan mengajak kaum beriman untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya (39).
Bagian Ketiga: Pengamatan terhadap dua contoh penghormatan kepada Maria; Malaikat Tuhan dan Doa rosario
Ada dua bentuka kesalehan terhadap Maria yang sudah tersebar dan sering dibahasa Takhta Apostolik pada pelbagai taraf, yaitu Malaikat Tuhan dan Rosario Perawan Maria.
1. Malaikai Tuhan
Inilah doa sederhana yang perlu terus didoakan di mana pun dan kapan pun. Strukturnya sederhana, sifatnya alkitabia, asal-usul historisnya, iramanya yang hamper liturgis yang menguduskan pelbagai hari dan menjadi ingatan akan Misteri Paskah adalah sebab mengapa kita seraya merayakan penjelmaan Putera Allah, memohon juga agar kita dibawa melalui sengsara dan salib-Nya kepada kemuliaan kebangkitan. Meskipun keadaan zaman berubah, namun ada saat-saat khas yang tak berubah, pagi, siang, petang yang mengundang orang berhenti sejenak dari tugas dan kerja untuk berdoa (41)
2. Rosario Kudus
Corona atau Rosario Santa Perawan Maria merupakan ringkasan seluruh Injil (42). Disebutkan bahwa ini merupakan doa dengan orientasi kristologis yang jelas. Di sini ada pujian dan permohonan tapi juga ada unsure kontemplasi yang memberi jiwa pada ibadat ini. Ada beberapa unsure penting dalam doa ini, yaitu kontemplasi, doa Bapa kami, doa salam Maria dan doksologi. Ada juga permenungan untuk masing-masing misteri yang lebih merangkulnya dengan konteks alkitabia. Praktek kesalehan ini kemudian disarankan untuk didoakan dalam keluarga-kelurga kristiani (43-54). Tentang Rosario ini akan dibahas lebih lanjut dalam Rosarium Mariae Virginis
Bagian penutup dokumen ini menekankan nilai teologis dan pastoral akan devosi kepada Sang Perawan Suci Maria.
Secara teologis devosi ini mengahantar orang pada misteri keselamatan dalam mana kehadiran Maria sebagai Ibu ditempatkan dalam kerangka teologis penyelamatan Allah yang terungkap dalam peristiwa konkrit penyelamatan oleh Yesus Kristus Putera-Nya. Ia adalah ibu Tuhan dan dirinya menjadi kesaksian hidup yang menghadirkan Allah. Ia bahkan menjadi kenisah Roh Kudus, ibu perantara. Kepadanya Allah melakukan hal-hal besar dan memberikannya pada semua orang. Dalam kaitan dengan Gereja dapat dikatakan bahwa keberadaan Maria yang di bawa penghormatan kepada Penebus ilahi dan berkaitan dengannya memiliki daya kekuatan pastoral yang besar dan merupakan kekuatan yang dapat membarui kehidupan kristiani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar