Kamis, 09 Februari 2012

Pakaian Liturgi


Pakaian Imam
JUBAH: Pakaian resmi biarawan / biarawati. Bentuk dan warna jubah berbeda-beda menurut masing-masing ordo / konggregasi.
ALBA: Semacam jubah yang terbuat dari kain linen putih. Jika imam yang tidak berjubah hendak merayakan Ekaristi, maka imam memakai alba sebagai ganti jubah.
SINGEL: Tali pengikat alba.
KASULA: Semacam mantol lebar yang dikenakan imam saat merayakan Ekaristi. Warnanya sesuai dengan warna liturgi.
STOLA: Semacam selendang yang dikenakan imam saat merayakan Ekaristi. Warnanya sesuai dengan warna liturgi.

Pakaian Putera-Puteri Altar (=Misdinar) 
JUBAH MISDINAR & KERAH LEBAR: Warnanya sesuai dengan warna liturgi. 
SUPERPLI: Alba yang panjangnya sebatas pinggang.
Pakaian Uskup 
JUBAH USKUP: Berwarna hitam atau putih dengan kombinasi ungu.
SALIB DADA 
CINCIN USKUP:Dipakai di tangan kanan, lambang kesetiaan.
TOPI MERAH 
MITRA: Topi yang dikenakan Uskup saat memimpin liturgi.
TONGKAT USKUP: Melambangkan wewenang sebagai gembala umat.
Pakaian liturgi lainnya:
Amik : Kain penutup leher berbentuk persegi empat yang dipasang pada bahu imam. Amik melambangkan perisai dan keselamatan.
Dalmatik : busana liturgi resmi diakon dalam upacara ibadat.
(Sebagai catatan warna stola dan kasula/dalmatik mengikuti warna liturgi).
Velum : Kain persegi lebar panjang (2-3 meter) yang dikenakan imam atau diakon untuk menyelubungi pegangan mostrans/sibori pada saat Salve dan perarakan Sakramen Mahakudus (Kamis Putih).

MENGENAL PERALATAN MISA

Korporal : Berasal dari kata corpus (Latin). Artinya tubuh, karena di sanalah akan diletakan  Tubuh Kristus. Berbentuk kain persegi empat lebar yang dibentangkan di altar sebagai alas piala, patena dan piksis.
Palla : Kain putih persegi yang dibuat kaku dan berfungsi sebagai penutup piala.
Hosti besar : Berfungsi sebagai Tubuh Kristus, sama dengan hosti kecil. Hosti besar biasanya digunakan pada Misa besar bersama dengan Uskup.
Patena : Sejenis piring kecil yang berlapis emas / sejenisnya, merupakan tempat meletakan hosti besar.
Sendok kecil : Berfungsi untuk mengambil air yang akan di campur dengan anggur.
Purificatorium : Sehelei kain kecil persegi yang dapat dilipat menjadi tiga dengan salib di tengah. Fungsinya untuk mengeringkan piala.
Piala/kaliks/cawan : Alat minum yang terbuat dari bahan berharga (biasanya emas). Ke dalam piala inilah anggur akan dituangkan dan dicampurkan dengan sedikit air.
(Nama-nama di atas merupakan susunan piala dari atas ke bawah).
Ampul : Dua buah gelas kecil yang berisi air dan anggur. Bila gelas tersebut terbuat dari kaca(beling).  Biasanya ada tulisan A (aqua=air) dan V (vinum=anggur).
Lavabo dan kainnya : Tempat air untuk mencuci tangan imam yang selalu disertai dengan kain lavabo.
Perlengkapan Misa Meriah :
Hisop/aspergil : Alat pemercik yang dipakai untuk memerciki umat dengan air suci yang melambangkan pembersihan dosa (awal misa) atau mengingatkan akan pembaptisan. Disebut hisop merupakan nama tanaman yang dipakai orang Yahudi untuk memerciki. Aspergil, karena ketika pemercikan dilakukan biasanya diiringi dengan lagu “Asperges Me” (Latin), yang berarti perciki aku.
 Wiruk : Terdiri atas dua benda; navikula (tempat dupa, berbentuk seperti kapal laut) dan turibulum (pendupaan).
Kandelar : Tempat lilin.
SIBORI: berasal dari bahasa Latin “cyborium” yang berarti “piala dari logam”,adalah bejana serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Siboriadalah wadah untuk roti-roti kecil yang akan dibagikan dalam Komunikepada umat beriman. Sibori dibuat dari logam mulia, bagian dalamnyabiasa dibuat dari emas atau disepuh emas.
PIKSIS
berasal dari bahasa Latin “pyx” yang berarti “kotak”, adalah sebuah wadah kecil berbentuk bundar dengan engsel penutup, serupa wadah jam kuno. Piksis biasanya dibuat dari emas. Piksis dipergunakan untukmenyimpan Sakramen Mahakudus, yang akan dihantarkan kepada mereka yang sakit, atau yang akan ditahtakan dalam kebaktian kepada Sakramen Mahakudus.
MONSTRANS berasal dari bahasa Latin “monstrans, monstrare” yang berarti“mempertontonkan”, adalah bejana suci tempat Sakramen Mahakudusditahtakan atau dibawa dalam prosesi.
SACRAMENTARIUM atau Buku Misa adalah buku pegangan imam pada waktu memimpin perayaan Ekaristi, berisi doa-doa dan tata perayaan Ekaristi.
VELUM:kain selubung berwarna putih atau kuning sebagai tudung Sibori yang disimpan dalam Tabernakel atau sebagai tudung pegangan monstran dalam suatu prosesi.
KUSTODIA:Sibori kecil tempat menyimpan Hosti besar yang diapit lunula setelah digunakan dalam perarakan atau adorasi.
TEMPAT MINYAK SUCI:
Kaleng untuk menyimpan minyak yang sudah diberkati. Ada tiga jenis minyak suci:
OC (Oleum Cathechumenorum) minyak untuk para katekumen/calon baptis.
SC  (Sanctum Chrisma) minyak untuk penerimaan Sakramen Krisma.
OI   (Oleum Infirmorum) minyak untuk pengurapan orang sakit.

Ruangan di gereja

Sakristi : Tempat imam, misdinar dan petugas liturgi lainnya mengenakan busana liturgi. Di Sakristi biasanya terdapat almari busana liturgi dan berbagai perlengkapan ibadat, juga buku-buku bacaan.

Kamar Pengakuan : Tempat menerimakan Sakramen Pengakuan Dosa yang terdiri dari dua bilik sekat, untuk imam dan peniten (Orang yang mengaku dosa).

Panti imam : ruangan altar yang terdapat :

- Tarbenakel : (Sudah dijelaskan pada artikel tempat menyemayamkan.red)

- Meja Altar : Tempat imam mempersembahkan korban Misa

- Mimbar/ambo : Tempat lektor membacakan kitab suci dan imam berkotbah.

- Kredens : Meja untuk meletakan berbagai perlengkapan persembahan.

- Sedilia : Tempat duduk imam

Panti umat : Ruangan tempat duduk umat.

Tempat air suci : Terletak di samping pintu-pintu gereja.
http://misdinarkramat.wordpress.com/2010/01/04/ruangan-di-gereja/

Sikap-Sikap Liturgi

Berlutut

Bertekuk lutut berarti memperkecil diri dihadapan Allah. Orang yang sombong selalu mengangkat kepalanya dan menegakkan badannya, merasa lebih tinggi, lebih hebat daripada orang lain. Sebaliknya, orang rendah hati senantiasa menyadari bahwa dirinya amat kecil di hadapan Tuhan. Maka ia berlutut.

Tunduk Kepala

Menunudukkan kepala dan membungkuk merupakan cara-cara menghormati seseorang. Membungkuk adalah tanda penghormatan yang lebih besar. Di altar kita tidak hanya menundukan kepala, tetapi sungguh membungkuk untuk merendahkan diri.

Berdiri

Pada permulaan Misa, bila imam bersama dengan misdinar datang ke altar, umat berdiri. Sikap berdiri itu merupakan tanda hormat kepada imam yang mewakili Kristus. Berdiri yang baik adalah berdiri tegak dengan kedua kaki dan tidak bersandar pada apapun.

Duduk

Duduk adalah sikap yang tenang. Duduk adalah sikap orang sedang memikirkan atau mendengarkan sesuatu. Misalnya duduk mendengarkan khotbah, sikap ini menolong kita agar mendengarkan dengan penuh perhatian dan merenungkan apa yang baru didengarnya.

Berjalan

Kita berjalan, kalau kita ingin menuju suatu tempat untuk melakukan sesuatu. Sama halnya di gereja. Tetapi di gereja tidak pernah tergesa-gesa. Untuk Tuhan kita selalu mempunyai waktu seluas-luasnya. Misdinar yang berjalan tergesa-gesa seperti orang gugup, tidak dapat menciptakan suasana tenang dan khidmat.

Mengatup tangan

Dari pagi hingga malam hari kita terus-terusan memakai tangan untuk segala macam keperluan. Tangan kita selalu sibuk. Tetapi bila kita mengatup tangan, kita menjadi tenang. Hentikan kesibukan. Kita dapat memusatkan pikiran, dengan menyadari bahwa Kristus bersama dengan kita. Kita berani menyerahkan jiwa dan raga kepadaNya, biarlah Dia yang menjaga dan memelihara kita.

Berdoa dengan tangan terentang

Dalam misa kita dapat melihat imam beberapa kali merentangkan tangan, yaitu bila mengucapkan doa. Berdoa dengan tangan terentang adalah suatu sikap doa yang sudah dipakai sejak abad-abad pertama. Dengan sikap itu kita menyatakan penyerahan kita kepada kehendak Bapa. Sikap itu mengingatkan kita kepada Yesus yang rela merentangkan tangannya di atas kayu salib. Maka selayaknya kita mengikuti sikap itu, ketika sedang menyanyikan / berdoa Bapa Kami.

Membuat Tanda Salib

Dengan membuat tanda salib kita mengenangkan pembaptisan kita “Demi nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus”, tanda salib merupakan tanda iman kita. Tanda itu kita gunakan untuk memulai dan mengakhiri doa yang kita panjatkan. Ada pula tanda salib kecil yang biasa kita lakukan dengan ibu jari tiga kali ketika Bacaan Injil.

Adapun kata-katanya adalah “InjilMu kuterima dengan budi, kuakui dengan mulutku dan kusimpan dalam hatiku”

Mengecup

Mengecup adalah tanda untuk menyatakan bahwa kita mencintai seseorang atau sesuatu. Ibadat Ekaristi dirayakan di altar, bahkan Tubuh dan Dara Kristus diletakan di altar. Maka pada awal dan akhir Misa, imam selalu mengecup altar. Itu sebagai tanda bahwa ia menyatakan rasa cinta dan hormatnya bagi altar sebagai tempat kehadiran Kristus.

Bersalaman

Orang bersalam-salaman dengan banyak cara. Dalam Misa, sebelum komuni, imam kadang-kadang mengajak umat untuk bersalaman (Salam Damai). Hal itu dilakukan dengan berjabat tangan. Kita mau hidup rukun dengan Tuhan, berarti kita mau hidup rukun dengan sesama kita.

Menepuk dada

Menepuk dada adalah tanda penyesalan. Kita lakukan ketika mengatakan “Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa” dalam doa : saya mengaku. Juga pada mengakhiri doa Anak Domba Allah dengan kata “Kasihanilah kami” kita melakukannya dengan mengepal tangan kanan dan memukul ke dada.

Bersila

Bersila adalah sikap duduk dengan melipat dan menyilangkan kaki. Sikap doa khas Timur ini, yang tersebar di seluruh Asia Selatan dan Timur, dari India sampai ke Jepang, adalah amat baik untuk dipakai dalam perayaan liturgi juga. Pada saat-saat tertentu misdinar dapat memakai sikap ini.

Sembah

Sembah juga dikenal di banyaj negara Asia sebagai pernyataan hormat dan penyembahan. Alangkah baiknya bila kita pakai, untuk menyembah Sakramen Mahakudus.
http://misdinarkramat.wordpress.com/2011/01/29/sikap-sikap-liturgi/

Liturgi Sepanjang Tahun

1. Masa Adven
Masa Adven mulai pada hari Minggu keempat sebelum Natal. Natal selalu dirayakan pada tanggal 25 Desember. Selama masa Adven kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus dengan sebaik-baiknya. Adven berasal dari kata Latin “Adventus”, yang berarti “kedatangan”. Pada masa ini imam memakai kasula berwarna ungu. Warna ungu berarti; prihatin, matiraga, tobat. Dalam masa Adven nyanyian “Kemuliaan” ditiadakan. Nyanyian gembira itu berasal dari para malaikat yang bernyanyi di Betlehem, ketika Yesus lahir. Pada masa Adven kita tidak menyanyikannya dulu. Kita mau prihatin. Baru dalam Misa Malam Natal kita menyanyikan bersama para malaikat, sebagai tanda kegembiraan kita atas kelahiran Kristus.
2. Masa Natal
Masa Natal dimulai dari malam Natal sampai hari raya Pembaptisan Tuhan. Kita merayakan kelahiran Yesus di kandang Betlehem. Putera Allah menjelma untuk menjadi Penebus kita. Ia turun dari surga membuka pintu surga bagi kita, kita bersukaria karena Allah telah menebus kita. Maka pada hari Natal imam memakai kasula berwarna putih. Sebab putih adalah warna kegembiraan.
Pada hari Minggu setelah Natal kita merayakan Keluarga Kudus, yaitu Yesus, Maria dan Yusuf. Keluarga kudus merupakan teladan bagi keluarga-keluarga kita.
Pada tanggal 28 Desember kita merayakan Pesta Kanak-Kanak Suci, yaitu anak-anak kecil di Betlehem dibunuh atas perintah Raja Herodes. Dengan cara demikian Herodes mau membunuh Yesus yang baru lahir. Tetapi Yusuf yang telah diberi-tahu malaikat sudah lebih dahulu mengungsikan Yesus. Kanak-kanak Betlehem telah wafat bagi Kristus. Maka pada hari ini mereka dirayakan sebagai orang kudus.
Tepat seminggu setelah hari Natal (1 Januari) kita merayakan Santa Maria, Bunda Allah. Kelahiran seorang anak merupakan hari raya bagi ibunya. Apalagi kalau yang lahir Yesus, Putera Allah sendiri yang telah menjelma. Maka Bunda Yesus kita rayakan sebagai Bunda Allah. Tanggal 1 Januari juga dirayakan sebagai Hari Perdamaian Dunia.
Tanggal 6 Januari atau sekitar tanggal itu dirayakan Penampakan Tuhan (kadang masih “Tiga Raja”). Kita memperingati kedatangan sarjana-sarjana dari Timur untuk menyembah Kanak-Kanak Yesus. Hari itu dinamakan “Penampakan Tuhan” sebab bintang menunjukkan kepada mereka tempat Yesus berada, Yesus sebagai Raja baru yang mereka cari. Yesus telah datang sebagai Raja semua orang.
Masa Natal berakhir pada hari Minggu setelah 6 Januari, yaitu hari raya Pembaptisan Tuhan. Dalam keluarga Katolik biasanya kalau kita masih kecil sudah di baptis, tetapi tidak bagi Yesus, Ia di baptis ketika berumur 30 tahun. Yesus meninggalkan Nazaret dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Setelah itu Ia mulai berkeliling mewartakan Kerajaan Allah di seluruh Tanah Suci. Karena Yesus sudah memulai tugasnya, maka pada hari ini masa Natal berakhir.
3. Masa Prapaska atau puasa
Masa Puasa mulai pada hari Rabu Abu dan berlangsung selama 40 hari (hari Minggu tidak terhitung). Dalam Perjanjian Lama, orang Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun setelah dibebaskan dari perbudakan Mesir. Selama 40 tahun itu mereka belajar mengenal Allah dan percaya. Dari Injil kita mengetahui bahwa Yesus juga berpuasa selama 40 hari, setelah dibaptis oleh Yohanes.
Hari pertama dalam masa Puasa adalah Rabu Abu. Pada hari ini kita menerima salib abu di dahi, untuk mengingatkan bahwa kita dari debu dan kembali kepada debu. Maka kita berniat akan hidup untuk hal yang penting. Kita mau bertobat dan melakukan matiraga atas segala dosa kita dengan pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian.
Masa Prapaska berakhir pada hari Minggu Palma, dan akan di mulai Trihari Suci. Minggu Palma adalah hari pertama dari Minggu Suci, yang akan berlangsung sampai Sabtu Sepi. Dinamakan Minggu Suci karena penderitaan dan wafat Yesus telah dibuka kembali bagi kita.
4. Tri Tunggal
Selama tiga hari kita memperingati penderitaan, wafat serta kebangkitan Kristus. Mulai dari Kamis Putih sampai Minggu Paska. Oleh penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus kita telah ditebus. Itulah peristiwa paling penting yang pernah terjadi. Maka dari itu Trihari Suci merupakan perayaan terbesar dalam tahun liturgi.
Pada hari Kamis Putih, Yesus telah mengadakan perjamuan malam terakhir bersama dengan para muridNya. Perjamuan terakhir itu merupakan pertama kalinya dilakukan Yesus bersama para murid. Peristiwa yang penting pada hari ini adalah pembasuhan kaki, Yesus yang menjelma menjadi manusia masih mau untuk melayani para muridNya dengan membasuh kaki. Apakah kita dapat berbuat seperti yang Yesus lakukan?
Pada hari Jumat Agung, kita mau mengenangkan penderitaan Yesus. Didera, dijatuhi hukuman mati dan disalibkan. Sekitar jam tiga Yesus wafat. Maka dari itu diadakan upacara penghormatan salib suci.
Pada hari Sabtu dalam Trihari Suci dinamakan Sabtu Suci/Sabtu Sepi, sebab pada hari itu Tubuh Yesus tinggal dalam makam. Kita berkabung. Tidak diadakan Misa. Kebangkitan Kristus baru mulai dirayakan pada malam harinya, dalam upacara Malam Paska. Upacara itu dimulai dengan tuguran. Kita berjaga sambil merenungkan nubuat-nubuat dari para nabi dan menantikan kebangkitan Tuhan.
5. Masa Paska
Masa Paska mulai pada hari Minggu Paska dan berakhir pada hari Pentakosta. Pentakosta berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Hari ke-50”. Sebab perayaan kebangkitan Kristus dimulai pada hari Paska, tetapi diteruskan sampai hari yang ke 50 itu. Selama masa Paska imam memakai kasula putih, sebab putih adalah warna kegembiraan.
Kenaikan Tuhan ke surga kita rayakan pada hari ke 40 sesudah kebangkitanNya. Ia berjanji kepada para muridNya akan datang lagi yaitu pada akhir zaman untuk mengadili semua orang.
Hari Pentakosta menutup masa Paska, warna dari hari ini adalah merah. Merah melambangkan Roh Kudus (lidah api) dan cinta kasih. Banyak orang kudus rela mati bagi Dia. Misalnya Santo Petrus dan Paulus dan juga Santo Tarsisius. Merah juga melambangkan darah dan para martir.
6. Masa Biasa
Masa yang bukan Adven, Natal, Prapaska atau Paska dinamakan Masa Biasa. Lamanya 33 (atau 34) minggu. Warna liturgi adalah hijau.
Dalam Masa Biasa terdapat beberapa hari raya penting :
- Tritunggal Mahakudus adalah hari Minggu sesudah Pentakosta.
- Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah hari Kamis berikutnya, dirayakan hari raya Sakramen Mahakudus didirikan Kristus ketika Kamis Putih.
- Hari Raya Hati Kudus Yesus adalah hari Jumat setelah hari Kamisnya. Cinta kasih Kristus paling nampak di salib, ketika lambungNya ditikam dengan tombak, sehingga lambung yang terbuka memancarkan darah dan air.
- Hari Raya Kristus Raja adalah Minggu terakhir dalam tahun liturgi. Kita mengakui dan merayakan Kristus sebagai Raja semesta alam. Hari Minggu ini sekaligus menutup semua perayaan selama satu tahun.
http://misdinarkramat.wordpress.com/2011/01/29/liturgi-sepanjang-tahun/

Rabu, 08 Februari 2012

JEJARING SOSIAL FACEBOOK DAN PENGARUHNYA BAGI PEWARTAAN INJIL


(Resume, Pra-Tesis)
Lucky Singal
Istilah “facebook” saat ini telah mewabah hampir di seluruh dunia. Ada keragaman pendapat tentang jejaring social ini. Ada yang mengatakan bahwa yang namanya facebook tidak lebih dari pembuangan waktu. Yang lain mengatakan belum ada kebutuhan tentang hal ini. Ada juga yang dengan malu-malu menyebut bahwa mereka memiliki akun namun membatasi diri sebagai pengguna pasif. Yang lain menyatakan penolakan karena facebook dianggap pendangkalan hidup di kampung global. Pandangan lain mengetengahkan pengaruh penting facebook untuk jalinan relasi, komunikasi dan bahkan penguatan kekompakkan kelompok, institusi dan agama. Data statistik per Novomber 2001 menunjukkan fakta berikut:[1] Lebih dari 800 juta pengguna aktif, lebih dari 50% User Active login setiap harinya, rata-rata pengguna memiliki lebih dari 130 teman, User berinteraksi lebih dari 900 juta object yang ada (pages, groups, games, events dan community pages), rata-rata User terhubung ke lebih dari 80 community pages, groups, event dan lainnya, rata-rata 250 juta foto dan video di Upload ke Facebook, lebih dari 70 Bahasa berinteraksi di FB, rata-rata pengguna FB memainkan atau menjalankan lebih dari 20 Juta aplikasi dan games setiap harinya, setiap bulan, lebih dari 500 juta pengguna menggunakan aplikasi di facebook atau di situs luar, lebih dari 7 Juta aplikasi dan situs yang terintegrasi dengan facebook, lebih dari 350 Juta pengguna aktif mengakses FB dari gadget atau handphone, lebih dari 475 operator selular berinteraksi dan mempromosikan Facebook sebagai bagian dari produk layanan mereka.
Fakta di atas menunjukkan bahwa facebook saat ini telah menjadi website handal yang hampir menguasai pasaran situs dunia. Facebook dimengerti sebagai sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang diluncurkan pada Februari 2004 yang dioperasikan dan dimiliki oleh Facebook, Inc. dengan slogan "Membantu Anda terhubung dan berbagi dengan orang-orang dalam kehidupan Anda". Pendirinya adalah Mark Elliot Zuckerberg. Facebook menjadi sarana sosial yang membantu orang berkomunikasi secara lebih efisien dengan teman, keluarga, dan rekan kerja. Perusahaan ini mengembangkan teknologi yang memudahkan berbagi informasi melalui grafik sosial, pemetaan digital hubungan sosial orang di dunia nyata. Siapa pun boleh mendaftar ke Facebook dan berinteraksi dengan orang yang mereka kenal dalam lingkungan yang terpercaya.[2] Facebook adalah bagian dari hidup jutaan orang di seluruh dunia. Justru karena efek social facebook ini begitu signifikan, maka situs ini dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk aneka macam kepentingan. Ada sementara pihak yang menjadi user negative, terror lewat media, pembuatan group bengkok dalam bentuk pemasaran seksual, PSK on line, penipuan, dll. Tidak sedikit juga perusahaan seperti Coca-cola, Yamaha, dan perusahaan swasta yang mempromosikan produk lewat media ini. Hal yang diingat orang sampai saat ini adalah terpilihnya Barrack Obama sebagai presiden salah satunya lewat pemanfaatan facebook untuk penggabungan massa pendukung. Di sisi lain terungkap  pemanfaatan jejaring social ini untuk menghimpun dan menunjukkan eksistensi lembaga, seperti persekolahan, universitas, LSM, serta institusi Gereja. Hampir-hampir media social ini telah menjadi lifestyle penduduk bumi, terutama masyarakat muda. Justru karena fenomena facebook yang terus mendunia, menyebar ke sagala pelosok dan sudut-sudut bumi, maka penting juga bagi Gereja untuk masuk dan mewartakan imannya. Paus Yohanes XXIII ketika bermaksud mengundang Konsili Vatikan II pada tahun 1959, mencanangkan "aggiornamento" atau pembaruan Gereja. Gereja menyesuaikan diri dalam zaman baru, agar dapat memberi sumbangan yang efektif bagi pemecahan masalah-masalah modern. Saatnya pula bagi Gereja untuk menyesuaikan diri dengan jejaring social mutakhir, facebook. Paus Yohanes Paulus II menyebut bahwa wajah Kristus perlu pula tampil dalam dunia ciyberspace. Ia menyebut:[3] “Internet menampilkan bermilyar-milyar gambar di jutaan monitor komputer di seluruh jagad. Dari galaksi gambar dan suara akan tampilkah wajah Kristus dan terdengarkankah suara-Nya? Karena hanya kalau wajahnya terlihat dan suaranya terdengarkan dunia akan mengetahui kabar gembira dari penebusan kita. Inilah tujuan pewartaan Injil. Dan inilah yang akan menjadikan Internet sebuah ruang kemanusiaan yang sejati, karena kalau tidak tersedia ruang untuk Kristus, tidak akan ada ruang untuk manusia. Oleh karena itu, saya dengan tegas memutuskan untuk mengundang seluruh Gereja untuk dengan berani melintasi ambang pintu yang baru ini, untuk mengayuh ke kedalaman Jaringan (Net) ini, sehingga sekarang sebagaimana dulu interaksi antara Injil dan budaya dapat memperlihatkan kepada dunia "kemuliaan Allah di wajah Kristus" (2 Kor 4:6). Semoga Tuhan memberkati semua yang berkerja demi tujuan ini.” Dalam pesan hari komunikasi sedunia ke-45[4], Paus Benediktus XVI juga memberikan penegasan: Saya ingin mengajak orang-orang kristiani dengan percaya diri, dan dengan kreatifitas yang terbina dan bertanggungjawab bergabung dalam jejaring hubungan yang dimungkinkan oleh jaman digital. Hal ini bukan saja untuk memuaskan keinginan untuk hadir, tetapi karena jejaring ini merupakan bagian utuh dari hidup manusia. Internet memberikan sumbangsih bagi perkembangan cakrawala intelektual dan spiritual yang lebih kompleks, bentuk-bentuk baru kesadaran berbagi. Di dalam wilayah ini juga kita dipanggil untuk memaklumkan iman kita bahwa Kristus adalah Allah, Penyelamat umat manusia dan Penyelamat sejarah,yang di dalam-Nya segala sesuatu memperoleh kepenuhannya (Bdk. Ef. 1:10).”
            Pewartaan Injil lewat facebook sangat relevan saat ini. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan Kristus, kebenaran dan kasih-Nya. Paulus menyebut dengan jelas: “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil.” (1 Kor. 9:16). Ia juga memanfaatkan cara-cara yang baik untuk pewartaan tersebut: “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.” (1Kor 9:20-21). Paulus barangkali juga akan memanfaatkan facebook apabila jejaring social ini sudah ada pada zamannya. Bahwa pewartaan lewat media ini sangat relevan, hal tersebut dikondisikan oleh beberapa factor:
            Pertama, populasi pengguna facebook yang terus meningkat. Makin banyaknya pengguna facebook di dunia merupakan alasan mengapa facebook penting dalam pelaksanaan evangelisasi. Data terakhir menunjukkan bahwa sudah sekitar 800 juta penduduk dunia yang menjadi konsumen situs ini. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk dunia saat ini yang berjumlah 6.868.638.152 jiwa[5], maka jumlah pengguna facebook dalam lima tahun sejak dirilisnya media social tersebut sudah mencapai 11,6 % penduduk dunia. Indonesia sendiri menempati urutan kedua jumlah user terbesar, yaitu 35 juta orang. Itu berarti bahwa pengguna facebook Indonesia sudah mencapai 13,5 % jika melihat keseluruhan jumlah penduduk Indonesia saat ini, yaitu 259.940.857. Pengguna terbesar masih AS di atas 152 juta pengguna. Sementara Inggris telah dilampaui Indonesia turun ke urutan ketiga mendekati 29 juta pengguna.[6] Dengan jumlah user yang demikian besar sambil memperkirakan bertambahnya jumlah pengguna pada waktu-waktu yang akan datang, maka facebook jelas menjadi sarana alternative untuk melengkapi komunikasi iman Gereja. Fakta yang muncul adalah bahwa setiap tahun pengguna facebook itu bertambah ratusan juta orang.
            Kedua, biaya akses yang murah dengan jangkauan yang luas. Akses facebook memang tergolong ekonomis. Di samping murah, biaya operasional melalui media tersebut juga berisiko kecil. Ini bisa dibandingkan dengan pewartaan Injil secara langsung dari kampung ke kampung dengan kebutuhan energi, biaya, dan risiko yang besar. Hal ini tentu saja bukan untuk menggantikan pewartaan langsung. Akan tetapi karena fenomena facebook memang mulai mewaba dalam segala lapisan masyarakat, maka sangatlah wajar jika pewartaan digital melalui tool ini dilaksanakan. Dengan kemudahan dan biaya yang relative kecil, para pelaku pastoral pun mendapatkan kemudahan dan fasilitas dalam cara pewartaan.
            Ketiga, ketersediaan fitur yang memungkinkan pewartaan yang baik. Beberapa hal yang menonjol dan telah digunakan sebagai sarana pewartaan dalam facebook adalah facebook group, facebook fun page, facebook share, serta status update/upload photo. Facebook group diperuntukkan sebagai “tempat berkumpul” user facebook dengan kesamaan minat tertentu. Tujuannya untuk gathering.  Menjadi bagian dari komunitas groups. Grup inilah yang menjadi sarana utama dalam facebook yang digunakan untuk pewartaan. Ada beberapa grup religious di facebook, khususnya di Indonesia yang saat ini mendapatkan banyak kunjungan, yaitu: Mempertanggung-jawabkan Iman Katolik, Pendalaman Iman, Persahabatan Katolik, Bunda Maria, dan Bangga Menjadi Katolik. Sementara facebook fun page merupakan fitur yang penting dalam facebook yang menarik dimanfaatkan sebagai media pewartaan. Tujuannya adalah untuk promosi. Status hubungan di page adalah fan. Artinya kedudukan page dan member seperti antara artist dan penggemar. Fitur halaman inilah yang juga banyak dimanfaatkan untuk pendidikan iman. Ada beberapa halaman yang berkaitan dengan kehidupan Gereja: Katolik Roma, Misa Tradisional Katolik Roma di Jakarta (SSPX), 100% katolik roma, Gereja Katolik Roma, Roma Katolik, Tradisi Katolik, Berita Katolik, Konsili Vatikan II, Vatikan, Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dll. Fitur lain yang baik untuk pewartaan adalah facebook share. Share Bookmarklet adalah tools yang memungkinkan untuk berbagi halaman web yang menarik kepada teman-teman di friendlist. Yang dibagikan biasanya adalah artkel, gambar, foto, atau hal-hal menarik dari website lain ke dalam facebook. Ketika sudah masuk dalam facebook, maka halaman web tersebut bisa pula dibagikan dengan tools facebook yang ada di bagian bawa postingan. Fitur ini banyak dimanfaatkan untuk berbagi pengetahuan iman, berbagi berita Katolik, atau juga artikel menarik untuk dinikmati user facebook.. Cara ini efektif dan efisien. Indikasinya adalah banyaknya jumlah tamu yang mampir ke blog atau situs yang dishare. Fitur lainnya adalah status update, yaitu yang memudahkan dan memungkinkan untuk mengetahui keadaan teman-teman tanpa harus bertemu/berkomunikasi langsung dengannya. Dengan facebook, kondisi dari banyak teman-teman bisa diketahui dalam waktu yang sama, kapan saja. Di sini pula bisa diketahui berita-berita terbaru dan terhangat. Pembaharuan status dalam kaitan dengan pewartaan berisi ayat-ayat Kitab Suci, ungkapan-ungkapan rohani, ucapan selamat merayakan pesta, ucapan ulang tahun ke dinding teman, dan bisa juga dengan menambahkan foto rohani, seperti gambar santo/a, gambar Yesus, Maria, dan gambar rohani lain yang berguna bagi perkembangan iman kristiani.

            Dengan demikian, pewartaan lewat facebook sebenarnya bukan lagi barang baru. Hanya saja realitas yang ada menunjukkan ketidaktertiban pewartaan. Orang memposting artikel-artikel dan juga kutipan-kutipan ajaran Gereja tanpa kejelasan informasi dan penjelasan memadai, ada juga postingan yang secara jelas bertentangan dengan ajaran Gereja. Tidak jarang bahwa postingan religious justru mendapatkan reaksi negative, orang berdebat dan menyudutkan orang lain. Justru karena itu maka perlulah satu cara pewartaan yang santun dan etis. Dalam rangkah pelurusan pewartaan di facebook, maka yang paling penting adalah cara pewartaan tersebut bisa menjawab kebutuhan dan sesuai keinginan masyarakat facebook. Sekarang dikenal istilah “marketing church”, semacam cara Gereja untuk menjual produk imannya. Hal ini mengena dengan ungkapan di atas bahwa facebook telah menjadi lifestyle sebagian besar masyarakat. Itu berarti bahwa lifestyle tersebut telah menunjuk pada segmentasi pasar secara psykografi, yaitu gaya hidup dunia. Dalam arti itu Gereja juga bisa masuk dan memasarkan produk imannya. Cara pemasaran yang dimaksud bukan menunjuk pada penjualan iman, melainkan pada cara Gereja mewartakan iman dalam dunia internet. Kalau istilah pemasaran itu dipinjam, maka yang paling nyata adalah produk, produsen, dan konsumen.
            Pertama adalah produsen/pemasar (pewarta). Ini menunjuk pada pelayan pastoral. Saat ini bermunculan begitu banyak penulis religious dalam bentuk renungan, ajaran iman, atau juga perumusan modul katekese untuk anak-anak, keluarga, dan Gereja secara umum. Hasil karya mereka merupakan tanda nyata dari mimpi untuk mengajarkan kebenaran kepada dunia berdasarkan iman kristiani. Hasil produksi tersebut pantas untuk mendapatkan penghargaan. Penghargaan itu tidak akan ada jika tulisan dan karya-karya yang dibuat tidak dibagikan dan diajarkan kepada orang lain. Facebook menjadi sarana alternative untuk menjual produk tersebut. Cara penjualan lewat facebook adalah dengan masuk dan menjadi pemasar dalam situs tersebut. Dalam facebooklah produk iman yang tercipta bisa dijual untuk kepuasan para konsumen. Di sinilah penulis itu menjadi seorang pemasar. Sebagai pemasar, maka perlulah pembentukan citra diri yang baik, yaitu untuk menunjukkan bahwa ia adalah seorang pakar religious dan sekaligus seorang pewarta. Kenyataan yang muncul adalah banyaknya user facebook yang tidak bisa menjaga reputasi dan citra diri sehingga tidak ada kepercayaan publik kepadanya. Yang penting adalah selalu belajar dan mengkomunikasikan diri sebagai pewarta, dan sebagai  pakar dalam dunia religius. Tingkatkan kualitas pelayanan serta melatih diri dan orang-orang yang ada di sekitar agar bisa bersikap ramah dan melayani pengunjung akun facebook yang dimiliki dengan baik. Prinsipnya adalah ramah, sopan, dan memuaskan. Hal-hal teknis berkaitan dengan pemasar iman yang baik adalah tampil sebagai pewarta kabar gembira. Dengan demikian perlu ada foto profil sebagai marketer religious. Frater dengan busana rohaninya, begitu juga pastor dengan kasulanya. perlu terlihat baik dan kudus. Itulah identitas sebagai marketer religious. Dengan demikian user facebook langsung bisa membedakan dengan foto awam atau anak ABG yang lebih santai atau casual. Hal lain yang perlu dilakukan adalah menanggapi secara pribadi setiap komentar dan pesan yang masuk dalam akun. Ini adalah cara berhubungan dengan orang di facebook. Isi semua yang ada di halaman biografi dan halaman informasi. Buatlah mudah bagi orang lain untuk menghubungi dan melihat siapa saya sebenarnya. Selengkapnya, untuk menjadi pemasar religious yang baik dalam pasaran facebook, perlulah membangun beberapa fondasi keperibadian berikut:[7] 1) Fondasi spiritual, yaitu: a. Pertobatan: Paulus dapat mewartakan Tuhan dengan luar biasa setelah pertobatannya (lih. Kis 9:1-22). Diperlukan pertobatan secara terus menerus agar dapat mewartakan iman di facebook dalam kondisi rahmat. Hubungan yang baik dengan Tuhan memungkinkan penyampaian kebaikan Tuhan dengan lebih benar dan indah. b. Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama: Dua perintah utama ini harus menjadi dasar dari karya kerasulan. Karya kerasulan bukan merupakan tujuan. Semua karya kerasulan hanyalah cara untuk mengasihi Kristus dan Gereja-Nya, yang diwujudkan dengan mengasihi sesama. Kecintaan kepada Kristus dan Gereja-Nya merupakan perwujudan kasih kepada Kristus secara keseluruhan. Kristus sebagai Mempelai Pria mengasihi Mempelai wanita-Nya, yaitu Gereja, hal yang sama juga penting dilaksanakan, yaitu mengasihi Gereja-Nya, Gereja Katolik dan seluruh umat Allah. c. Berakar dalam Sakramen, Sabda Allah dan doa, d. Mohon rahmat kerendahan hati dan kebijaksanaan: Karya kerasulan lewat facebook perlu didasari dengan kerendahan hati. Kerendahan hati memungkinkan untuk menempatkan kebenaran yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik di atas pengertian pribadi; dan pada saat yang bersamaan mencoba dengan segala kekuatan untuk menerima kebenaran tersebut dengan sukacita dan menjalankannya dalam hidup harian. Mengetahui kebenaran adalah satu hal, namun menyampaikan kebenaran adalah hal yang berbeda. Perlu rahmat kebijaksanaan, sehingga kebenaran dapat disampaikan dengan tepat, hormat dan lemah lembut, tanpa mengorbankan kebenaran, namun justru memperkuat kebenaran yang disampaikan. 2) Fondasi intelektual, yaitu: a. Mempelajari iman Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja: Kesadaran bahwa karya kerasulan dalam dunia digital adalah untuk mewartakan Kristus dan Gereja-Nya, maka karya merasul harus digali dari sumber-sumber yang menjadi pilar kebenaran, baik Kitab Suci, Tradisi Suci maupun Magisterium Gereja. Dengan menggali dasar kebenaran tersebut secara terus-menerus, warta kebenaran akan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Gereja, b. Mengikuti keputusan Magisterium: tahu benar apa yang sebenarnya diajarkan oleh Magisterium Gereja. Apa yang telah diputuskan oleh Magisterium Gereja merupakan kebenaran yang harus diikuti.
            Kedua, menentukan produk yang akan dijual. Ada begitu banyak produk yang beredar di facebook. Ada yang dishare lewat wall, ada juga lewat undangan acara, dan ada melalui iklan facebook. Kualitas produk yang dirasakan pelanggan akan menentukan persepsi pelanggan terhadap kinerja yang otomatis akan berdampak pada kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu. Mutu mempunyai dampak langsung pada prestasi produk dan dengan demikian kepuasan pelanggan. Bila produk jauh lebih rendah dari harapan pelanggan, pelanggan tidak puas. Bila prestasi sesuai dengan harapan. pembeli jasa merasa puas. Bila prestasi melebihi harapan, pembeli jasa merasa amat gembira. Pelanggan yang merasa puas akan membeli ulang dan mereka memberi tahu orang lain mengenai pengalaman baik dengan produk itu. Kuncinya adalah memenuhi harapan pelanggan. Pemasaran produk iman dalam facebook akan efektif dan efisien jika produk pewartaannya berkualitas. Kualitas produk iman ditentukan oleh kemampuan intelektual pewarta untuk menulis dan membuat produk yang kreatif. Pertama-tama pemasar produk perlu banyak belajar agar produk imannya bisa laku di pasaran. Tidak semua segi iman bisa dipasarkan sekaligus. Karena itu dalam share di facebook, perlu pula melihat jenis pewartaan apa yang akan dilakukan. Apakah renungan, ajaran Gereja, Dogma, riwayat hidup santo/santa, litugi, pastoral, apologetic, Maria, dll. Memilih satu konsentrasi pewartaan lebih efektif daripada memasarkan semua produk dengan kualitas seadanya. Pilih satu bagian dari pewartaan dan berkonsentrasi. Dengan cara itu pelanggan facebook akan tahu ke mana mau cari apa dari siapa. Konsentrasi pada pewartaan riwayat hidup santo dan santa misalnya akan memungkinkan pelanggan mengetahui bahwa untuk bisa mengetahui siapa sebenarnya Fransiskus Xaverius maka mereka akan masuk ke halaman atau group tersebut. Sambil menata pewartaan dalam satu group, maka untuk lebih mempercantik dan meluaskan jangkauan produk perlu pula memasukkan fitur lain dalam bidang produk yang dipilih, seperti memasukkan foto santo-santa atau membuat acara group produk yang bersangkutan. Tidak cukup hanya dengan mengandalkan kualitas produk utama namun pelayanan yang memuaskan juga perlu mendapat perhatian. Seperti halnya operator seluler bukan hanya menjual pulsa, tapi juga ringtone, sampai info ramalan nasib.
            Ketiga, konsumen.  Ketika facebook dilihat sebagai suatu perkampungan global, maka di kampung tersebut terdapatlah 800 juta calon konsumen. Semuanya bisa menjadi konsumen dalam market religious. Akan tetapi penjualan produk iman perlu realistis. 800 juta user facebook menyebar di lebih dari 70 negara. Karena itu pemasaran bisa dilakukan dengan membuat pasar kecil sendiri dalam bentuk group atau halaman, bisa juga penjualan dari rumah sendiri (akun pribadi) lewat dinding pribadi atau menjual ke pasaran orang lain dengan produk iman yang sama. Intinya adalah agar para konsumen bisa merasakan kepuasan atas produk iman yang diungkapkan. Pewarta sebagai marketer perlu datang ke rumah hati orang lain sambil menawarkan kebaikan dan kebenaran. Dalam rangka menjamin penerimaan para customer, maka penting bagi pewarta sebagai marketer untuk mengenal perilaku konsumen, dan menentukan strategi untuk kepuasan konsumen. Strategi tersebut menunjuk pada strategi menyerang, yaitu bersikap agresif dalam menjerat pelanggan, agresif dalam arti memiliki persiapan menyerang yang matang dan cukup kuat untuk menyerang. Produk iman misalnya sudah bagus tetapi strateginya kurang baik justru tidak akan mempengaruhi pasar. Caranya adalah: a. Melakukan promosi atau advertisement yang menerangkan bahwa pewartaan yang dilakukan memiliki fasilitas pelayanan lebih baik dibanding sebelumnya. Banyak jalan untuk mempromosikan produk iman dalam facebook, misalnya lewat promosi group, halaman atau website, b. Memberikan hadiah kepada pelanggan lama yang dapat membawa beberapa pelanggan baru. Produk iman di facebook pasti akan mendatangkan pelanggan. Produk yang dikelola dalam pasaran-pasaran yang disegmentasi dalam halaman, group atau dinding pribadi. Menariknya produk iman otomatis akan memuaskan kebutuhan pelanggan. Prinsip bahwa pembeli adalah raja perlu mendapatkan penekanan. Jika produk iman itu bagus dan mempengaruhi konsumen, maka bisa dipastikan bahwa pelanggan tersebut akan menambahkan konsumen baru dalam jumlah besar ke dalam group iman yang telah dibuat, atau mempromosikan halaman religious yang mereka rasakan sangat baik melalui dinding profil mereka. Dengan cara itu banyak orang akan masuk dalam jaringan pertemanan dan menjadi member dalam rumah pemasaran yag telah dibuat. Kepada pelanggan seperti itulah perlu dijaga relasi baik. Hadianya bukan dalam bentuk materi, melainkan lewat kerendahan hati untuk memberikan jempol pada status mereka, atau memberikan komentar untuk tetap menjaga kedekatan dengan pelanggan setia. Di samping bersikap agresif, perlu pula strategi defensif atau bertahan. Strategi mempertahankan yang sudah ada, dilakukan untuk meningkatkan fasilitas pelayanan yang dimiliki. Seperti: Menyediakan beberapa fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan pelanggan. Misalnya memberikan tag gambar rohani kepada teman user facebook yang telah menjadi pelanggan, menandai mereka dalam artikel atau renungan baru yang dipasarkan. Dengan begitu mereka akan merasa diperhatikan, Mengirimkan ucapan selamat pada hari ulang tahun dan hari-hari besar keagamanan bagi pelanggan setia dan pelanggan baru yang menjadi sasaran pemasaran produk iman. Bagus pula untuk mengetahui sejauh mana produk iman itu telah menjawab kebutuhan dan kepuasan konsumen dengan memakaisSistem keluhan dan saran dalam aku facebook, membuat survei kepuasan pelanggan, dan membuat analisis pelanggan yang hilang.
            Penegasan terakhir, facebook saat ini memang telah mendunia. Akan tetapi tanpa facebook, kerya kerasulan Gereja akan tetap terlaksana. Facebook hanya sarana. Itu berarti bahwa facebook lebih ke pelengkap pewartaan. Yang lebih penting adalah pertemuan dan pewartaan langsung. Akan tetapi sebagaimana seruan Gereja untuk memanfaatkan teknologi dan penemuan terbaru dalam pewartaan, maka facebook juga menjadi alternatif pewartaan. Cara terbaik pewartaan lewat facebook adalah persiapan pribadi, yaitu landasan spiritual dan landasan intelektual yang mendukung untuk itu. Jadilah pelayan pastoral yang bertanggung-jawab, sopan, dan etis.


[1] http://www.facebook.com/press/info.php?statistics
[3] Paus Yohanes Paulus II, Pesan Hari Komunikasi Sedunia ke-36: Internet: Forum Baru bagi Pewartaan Injil, Vatikan: 24 Januari 2002, Pesta Santo Fransiskus dari Sales

[4] BenedictusPP XVI, Pesan Hari Komunikasi Sedunia ke-45, Kebenaran,Pemakluman dan Kesejatian Hidup di Jaman Digital, Vatikan 24 Januari 2011 pada Pesta St,Fransiskus de Sales
[5] Jumlah penduduk dunia (13 September 2010) menurut IDB (International Data Base) Biro Sensus Amerika Serikat, divisi populasi adalah : 6.868.638.152 jiwa (www.un.org)
[6] Tri Wahono, Rata-rata Pengguna Facebook Indonesia Paling Muda di Dunia (Kompas, Kamis, 7 April 2011)
[7] http://katolisitas.org/2011/10/23/pewartaan-kristus-di-zaman-digital-dengan-semangat-rasul-paulus/

Jumat, 03 Februari 2012

Kilat (Mrk. 9:2-9)


Istilah “kilat” dalam benyak peristiwa menjadi momok yang menakutkan. Kilat menunjuk pada gejala alam yang biasanya muncul saat musim hujan. Saat itu di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Sering disebut pula petir atau halilintar. Satu gejala alam yang  selalu disusul dengan suara menggelegar dan membuat para penghuni bumi cemas lalu mencari tempat perlindungan di ruang-ruang tertutup. Gejala alam yang memang dimengerti sebagai pembawa petaka dalam bentuk kematian. Karena itulah saat kilat muncul, orang-orang  akan lari, bersembunyi  dan mencari posisi aman sebagai upaya mengatasi bahaya yang mengancam. Kilatan seperti itu yang mungkin nampak saat Petrus dan dua temannya mengikuti Yesus ke gunung yang tinggi. Kepergian mereka ke gunung menyerupai dekatnya manusia dengan awan. Kalau kilat itu muncul di awan maka alamat bahaya pastinya mengancam hidup mereka. Akan tetapi bukan kilat akibat gejala alam yang terjadi. Yang nampak adalah perubahan rupa Yesus  yang ditandai oleh pakaian-Nya yang sangat putih berkilat-kilat.
            Kilat selalu menyilaukan mata. Mata Petrus, Yakobus, dan Yohanes pastinya juga menjadi silau ketika peristiwa itu terjadi. Justru karena kilatan tersebut maka mereka juga ketakuatan. Dalam Injil lain dikatakan bahwa wajah Yesus bercahaya seperti matahari (lih. Mat. 17:2). Hal ini sepertinya untuk menunjuk kehidupan Yesus yang nantinya akan berubah menjadi cahaya keabadian. Ini wajar karena sebelumnya Yesus memang telah mulai berbicara tentang kematian. Kematian untuk satu kehidupan kekal dan ilahi. Kehidupan yang menyilaukan dan menakutkan jika dilihat lewat mata inderawi. Satu pemandangan luar biasa yang melampaui penglihatan dan pengalaman manusia dialami oleh ketiga murid tersebut. Kesan yang  muncul adalah Yesus memang bukan manusia biasa. Kepada-Nya bahkan disebutkan bahwa Musa dan Elia sebagai penghuni surga datang berbicara kepada-Nya. Sungguh suatu pengalaman iman yang istimewa. Peristiwa yang terjadi ketika manusia mengikuti ajakan Tuhan untuk pergi ke tempat yang tinggi. Di tempat yang tinggi itulah pengalaman iman didapatkan. Ada kebahagiaan yang dialami sebagaimana perkataan Petrus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.” Bahagia karena mereka berada bersama Yesus yang mulia.   
            Kemuliaan Yesus itulah yang hendak ditunjukkan kepada para murid-Nya: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Penegasan yang diperdengarkan di balik awan yang menaungi mereka. Suara yang mengikuti pengalaman mengesankan para murid dalam perubahan rupa Yesus. Sama seperti kilat yang muncul selalu diikuti dengan suara yang menggelegar demikian pula setelah penglihatan pakaian Yesus yang sangat putih berkilat-kilat terdengar pula suara ilahi di balik awan. Dengarkanlah Dia! Murid memang harus mendengarkan Sang Guru sehingga hidupnya bisa berkembang dalam cahaya kebenaran sebagaimana cahaya dalam bentuk kilatan yang meluap dari diri Yesus. Akan tetapi Yesus tidak menginginkan para murid-Nya untuk menceritakan pengalaman unik dan istimewa tersebut kepada orang lain. Ada pesan untuk merahasiakan kejadian ilahi yang dialami sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Pesan yang tentunya harus didengar. Dengarkanlah Dia!
            Larangan untuk tidak menceritakan peristiwa di atas gunung sebenarnya untuk mengingatkan para murid bahwa penceritaan mengenai diri Yesus tidak perlu harus menyilaukan pandangan banyak orang tentang diri-Nya. Biarlah pengalaman kehadiran Tuhan dialami melalui peristiwa konkrit harian. Murid memang harus realistis dalam mewartakan kebaikan Sang Guru. Kebaikan yang harus dialami dan dirasakan secara inderawi, bisa ditangkap oleh panca-indra dan tidak harus menakutkan banyak orang seperti halilintar yang menakutkan dan membuat orang-orang menutup diri mancari tempat yang aman. Para rasul perlu mewartakan Yesus yang konkrit, dekat, baik, dan tidak menakutkan. Yesus memang sungguh sangat baik. Dengarkanlah Dia, dengarkanlah firman-Nya. Seperti itu maka pengalaman ilahi pasti juga akan dialami. (Fr. Lucky)