Senin, 04 Oktober 2010

ROSARIUM MARIAE VIRGINIS



Rosarium Virginis Mariae adalah nama sebuah surat apostolik Paus Yohanes Paulus II yang diterbitkan pada tanggal 16 Oktober 2002. Surat ini di samping untuk merayakan ulang tahun ke 122 ensiklik Supreme Apostolatus Offisio Paus Leo XIII, juga sebagai peringatan HUT ke-40 pembukaan KV II, juga untuk memberi warna baru bagi warisan Paus Paulus VI, Marialis Cultus yang membahas juga tentang Rosario Suci dan memandangnya sebagai ringkasan dari pesan Injil:
Rosario, walau jelas-jelas bersifat Bunda Maria, merupakan pusat dari sebuah doa Kristosentris atau yang berpusat pada Kristus. Dalam kesadaran unsur-unsurnya, Rosario memiliki semua kedalaman pesan Injil dalam keseluruhannya, hingga mana ia bisa dikatakan sebagai sebuah ringkasan darinya (no.1).
Surat ini menegaskan kembali kepercayaan Katolik Roma pada kekuatan Doa Rosario dan menyatakan:
Melalui Rosario para umat menerima rahmat yang melimpah, yang seakan-akan datang langsung dari tangan Sang Bunda Penebus.
Surat ini juga menekankan devosi total kepada Sang Perawan Maria, sebagaimana yang dikembangkan oleh Santo Louis de Montfort, yang mana dikutip oleh Sri Paus:
"Kesempurnaan penuh kita terbentuk dengan cara taat, bersatu dan dipersembahkan sepenuhnya kepada Yesus Kristus. Oleh karena itu devosi yang paling sempurna dari semua devosi tidak dapat dibantah adalah devosi yang menaati, mempersatukan dan menguduskan kita dengan cara yang paling sempurna pada Yesus Kristus.
Sekarang, semenjak Maria yang diantara semua makhluk merupakan yang paling taat pada Yesus Kristus, dapat dikatakan bahwa diantara semua devosi yang paling menguduskan dan mempersiapkan jiwa seseorang kapada Tuhan kita adalah devosi kepada Maria, Bunda-Nya yang Kudus, dan bahwa semakin sering suatu jiwa dikuduskan pada-Nya, semakin dikuduskan pula jiwa tersebut pada Yesus Kristus."[1]
Beberapa hal yang akan diungkap dalam ringkasan ini adalah:
PENGANTAR
Rosario atau “mahkota mawar” adalah doa merenungkan kehidupan Yesus, yang meliputi kontemplasi atas peristiwa-peristiwa tertentu dalam Injil, yaitu “misteri-misteri”, bersama Bunda Maria. “Mendaras rosario tidak lain adalah menatap wajah Kristus bersama Maria” (no.3). disebutkan bahwa Selama berabad-abad, “tak terbilang orang kudus mencintai doa ini dan Pimpinan Gereja senantiasa menganjurkannya” (no. 1). Banyak peristiwa sehubungan dengan Santa Perawan Maria di mana ia mendorong kita untuk mendaraskan rosario. Semua orang bebas untuk mengambil manfaat dari pesan-pesan yang disampaikan dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Paus Yohanes Paulus II telah menyempurnakan dimensi Kristologis rosario dengan menambahkan “Peristiwa Cahaya”, yang disusun berdasarkan peristiwa-peristiwa tertentu dari pewartaan Kristus di depan publik. Sebab itulah, dapat dengan tepat dikatakan bahwa rosario adalah “ringkasan seluruh Injil.”
1.  Doa macam apakah Rosario itu?
Dalam Surat Apostolik ini,  Paus Yohanes Paulus II menulis bahwa “Rosario dimulai dengan pengalaman Maria sendiri. Justru karena ini, rosario merupakan doa kontemplatif yang sangat indah. Tanpa dimensi kontemplatif ini, doa rosario akan kehilangan maknanya; hal ini dengan jelas ditandaskan Paus Paulus VI: `Tanpa kontemplasi, doa rosario menjadi ibarat tubuh tanpa jiwa, dan ada bahaya bahwa pendarasannya akan menjadi pengulangan kata-kata secara mekanis'” (no.12). Rosario, yang didasarkan pada pengulangan, mensyaratkan suatu iman yang hidup dan kasih yang tulus mesra kepada Kristus sang Penebus dan kepada BundaNya, Santa Perawan Maria. “Sesungguhnya, doa rosario hanyalah suatu metode kontemplasi. Sebagai metode, doa rosario merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Bagaimanapun juga, belajar dari pengalaman berabad-abad, metode ini hendaknya tidak diremehkan. Untuk itu, kita dapat mengutip pengalaman orang-orang kudus yang tak terbilang jumlahnya” (no.28). Dalam artikel keenam disebut bahwa doa Rosario sebenarnya adalah doa untuk memohon damai.
2. Melihat Ibu lewat pendarasan Rosario (Lihat, inilah ibumu=Yoh 19:27)
            Yesus sebelum wafat mempercayakan semua putera-puteri Gereja kepada Maria. Inilah anakmu, dan kepada para murid, inilah ibumu. Itu berarti bahwa sampai saat ini Perawan Maria masih ingin menyatakan keperihatinannya (no. 7). Itu sunggu beralasan karena berbagai kebaikan yang dilamatkan kepada Ibu Perawan ini. Ia boleh disebut sebagai pribadi dengan wajah yang bercahaya bagaikan surya (no. 9). Hal ini sesuai dengan kata-kata Paulus bahwa kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung (lih 2 Kor 3:18). Dalam diri Maria juga terungkap satu model kontemplasi, bahwa dalam dirinya kontemplasi wajah Kristus mendapat model yang tak tertandingi. Wajah Sang Putera tercipta dalam diri Maria (no.10). itu terjadi karena Maria selalu ingat akan Yesus dan menyatu dengan Dia (10). Karena itu juga boleh dikatakan bahwa doa Rosario sebenarnya dimulai dengan pengalaman Maria sendiri. Justru karena itu maka doa Rosario menjadi doa kontemplatif yang sangat indah (no. 13). Saat orang mendaraskan Rosario, saat itu juga umat bersama dengan Maria mengenang Kristus, yaitu menghadirkan karya-karya yang dilaksanakan Allah dalam sejarah keselamatan, dan lewat Maria itu juga umat bisa belajar mengenal Kristus. Tak seorang pun mengenal Kristus lebih baik daripada maria. Karena itu dialah sebenarnya yang paling bisa memperkenalkan yesus pada semua orang (14). Dengan mengenal Kristus, maka orang akan menjadi serupa dengan Kristus, dan lewat doa Rosario yang bagaikan ziara batin yang didasarkan pada kontemplasi terus-menerus atas wajah Kristus, bersama Maria, umat dihantar pada keserupaan dengan Yesus Kristus. Perjumpaan itu terjadi karena persahabatan, yaitu persahabatan yang menghantar pada keserupaan bersama Kristus (15). Selain itu juga, lewat Rosario umat juga bisa berdoa dan memohon. Sama seperti ketika Maria meminta Yesus membantu tuan rumah yang kekurangan anggur. Di sini Gereja mengembangkan doa kepada Bunda Allah yang kudus sembari memusatkan doa itu pada pribadi Kristus yang terungkap dalam misteri-misterinya (16). Di situ pula terjadi pemakluman Kristus. Kristus dimaklumkan lewat pengulangan doa-doa dan di situ Maria ada bersama seluruh umat dalam memaklumkan kemuliaan Kristus (17).
3.  Manik-manik Rosario

“Sarana tradisional yang digunakan untuk pendarasan rosario adalah untaian biji-bijian. Pada tahap yang paling sederhana, biji-biji itu sering menjadi sekedar alat hitung untuk menandai alur Salam Maria” (no.36). “Tetapi, akan sangat berbeda, kalau doa rosario dipandang sebagai luapan kasih yang tanpa kenal lelah kepada orang yang sangat dikasihi; di sini ungkapan-ungkapan bisa tetap serupa tetapi isinya selalu baru karena perasaan-perasaan yang menyelimutinya” (no. 26). “Pertama-tama perlu dicamkan bagaimana biji-biji itu menyatu pada salib; dari sini alur doa dimulai dan diakhiri. Ini melambangkan kehidupan dan doa orang beriman yang terpusat pada Kristus” (no. 36).
4. Sejarah Rosario
Rosario merupakan bagian dari bentuk-bentuk baru devosi kepada Santa Perawan yang berkembang pesat dalam aspek-aspeknya yang lebih populer, yang menandai akhir abad keduabelas. Cistercian dan dari awal abad berikutnya, ordo-ordo pengemis yang hebat, dalam kegigihan mereka melawan bidaah, memberikan sumbangan yang tak sedikit dalam penyebarluasan rosario. Manik-manik rosario, yang telah dipergunakan untuk devosi-devosi serupa, dipakai guna menjamin pendarasan yang lebih mudah dan lebih penuh perhatian. Segera saja pemakluman misteri-misteri dari kehidupan Yesus dan Maria diperkenalkan dalam pendarasan rosario ini. St Dominikus dan para biarawannya, dalam misi pewartaan mereka kepada orang banyak, sungguh berperan besar dalam hal ini, namun demikian tidaklah mudah menentukan dengan tepat bentuk yang mereka gunakan dan sebarluaskan. Semacam persetujuan resmi diberikan ketika St Pius V menetapkan suatu rumusan yang baku dan seragam untuk doa Salam Maria.“Sangatlah terkenal kejadian-kejadian dalam abad ke-19 dan ke-20, di mana Bunda Kristus menampakkan diri dan memperdengarkan suara untuk mendorong umat Allah melaksanakan doa kontemplatif ini. Secara khusus  penampakan di Lourdes dan Fatima”(no.7). Sepanjang Milenium Kedua, banyak Paus menganjurkan devosi kepada Santa Perawan Maria, dan sejak masa Paus Leo XIII, “Paus Rosario”, semuanya telah merekomendasikan doa rosario serta memperkayanya dengan memberikan indulgensi-indulgensi bagi pendarasannya. Paus Yohanes Paulus II senantiasa memiliki devosi istimewa kepada Bunda Allah. Jubah kepausannya bersulamkan kata-kata pertama (Totus tuus) dari doa kepada Santa Perawan Maria. Ia senantiasa membawa rosario bersamanya dan terus-menerus mendaraskannya. Surat Apostolik tentang Rosario merupakan suatu kenangan abadi akan penghargaannya yang tinggi terhadap doa ini.
5. Bagaimana Berdoa Rosario?
“Dewasa ini, di berbagai wilayah Gereja, ada banyak cara untuk mengawali doa rosario” (no. 37). Salah satu caranya adalah sebagai berikut: Dimulai dengan membuat Tanda Salib, seraya mengatakan: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Ya Allah, datanglah menolongku;
Ya Tuhan, bersegeralah menolongku.
Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus,
seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. Amin.
Di awal setiap perpuluhan, kita memaklumkan “misteri” yang hendak direnungkan, misalnya, misteri pertama dari Peristiwa Gembira adalah “Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel”. Setelah hening sejenak untuk berefleksi, kita mendaraskan “Bapa Kami”, sepuluh “Salam Maria”, dan “Kemuliaan”. Suatu doa permohonan dapat ditambahkan setelah setiap perpuluhan. Di akhir rosario, dapat dipanjatkan Litani Santa Perawan Maria atau doa lainnya kepada Bunda Maria.
6. Peristiwa-peristiwa Rosario
Rosario terdiri dari duapuluh “misteri” (peristiwa-peristiwa atau saat-saat penting dalam hidup Yesus dan Maria) yang, sesuai surat ini dikelompokkan ke dalam empat peristiwa. Yang pertama adalah Peristiwa Gembira (didaraskan pada hari Senin dan Sabtu); yang kedua adalah Peristiwa Cahaya (didaraskan pada hari Kamis); yang ketiga adalah Peristiwa Sedih (didaraskan pada hari Selasa dan Jumat); dan yang keempat adalah Peristiwa Mulia (didaraskan pada hari Rabu dan Minggu).  “Pengaturan ini tidak dimaksud untuk membatasi kebebasan sah dalam doa perorangan dan doa jemaat, di mana perlu dipertimbangkan kebutuhan spiritual dan pastoral jemaat dan adanya perayaan-perayaan liturgis khusus yang barangkali menuntut penyesuaian yang serasi” (no. 38).
7. Merenungkan peristiwa-peristiwa Rosario
            Ada empat peristiwa Rosario yang dikenangkan:
                Peristiwa gembira ditandai dengan sukacita yang memancar dari peristiwa inkarnasi. Merenungkan peristiwa gembira berarti menyelami sumber utama dan makna terdalam sukacita kristiani. Maria menuntun kita menemukan rahasia sukacita kristiani sambil mengingatkan kita bahwa agama kristiani pertama-tama dan utamanya adalah euangelion (no.20).
b. Peristiwa Terang
            Paus menyebut peristiwa terang sebagai pelengkap yang tepat. Pola misteri yang sebelumnya ada tiga ditambahkan dengan peristiwa-peristiwa pelayanan Yesus di muka umum antara pembaptisan dan sengsara-Nya. Dikatakan bahwa agar Rosario menjadi ringkasan Injil yang lebih utuh, tepatlah ditambahkan renungan tentang peristiwa-peristiwa amat penting dalam pelayanan Yesus di hadapan umum. Ini ditambahkan untuk memberi kesegaran dan untuk mengobarkan minat baru terhadap tempat doa Rosario dalam spiritualitas kristiani sebagai lorong lurus menuju lubuk Hati Yesus, samudera sukacita dan terang, sengsara dan kemuliaan (no.20).
            Injil sangat menonjolkan misteri sengsara Kristus. Dari awal kesalehan kristiani, khususnya dalam devosi jalan salib masa Prapaskah, telah dipusatkan pada aneka peristiwa dalam  sengsara Kristus, karena di sinilah ditemukan pewahyuan kasih Allah dan sumber keselamatan kita (22).
            Menatap wajah Yesus tidak boleh hanya berhenti pada tatapan wajahnya yang tersalib. Ia telah bangkit. Pengetahuan ini muncul dari iman. Doa Rosario mengundang kaum beriman melintasi kegelapan sengsara untuk memandangi kemuliaan Kristus dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga bersama juga bunda Maria yang bersukacita atas kebangkitan Kristus. Begitu juga ketika Maria dimakotai di surge. Ia tampil sebagai ratu para malaikat dan para kudus dan kita diundang ke situ. Ini merupakan penyerupaan dengan Kristus yang naik ke surge dalam kemuliaan. Di pusat rangkaian kemuliaan Putera dan Bunda ini, doa Rosario menampilkan di hadapan kita peristiwa mulia yang ketiga, yaitu turunnya Roh Kudus atas para rasul. Ini menuntun umat kristiani untuk semakin menghargai kehidupan baru dalam Kristus. Pendeknya itulah bahwa peristiwa mulia menuntun umat beriman menuju kebahagiaan eskatologis dengan harapan yang makin besar (no. 23).
8. Doa Rosario adalah Jalan Maria
            Rangkaian renungan yang disarankan oleh Rosario suci memang tidak lengkap, tetapi sungguh menyadarkan kita akan apa yang esensial. Peristiwa-peristiwa Rosario membangkitkan dalam hati kerinduan untuk mengenal Kristus yang terus-menerus dipupuk oleh sumber murni Injil. Doa inilah yang dengan muda menghantar orang pada pengenalan akan Kristus, sehingga kita bisa menyebutnya sebagai Jalan Maria. Inilah contoh yang diberikan oleh Maria, seorang perempuan yang sungguh beriman, yang suka akan keheningan dan seorang pendengar yang penuh perhatian./Ini juga jalan devosi Maria yang diilhami oleh pengenalan tentang ikatan yang tak terpisahkan antara Kristus dan bunda-Nya yang kudus.

Penutup
            Gereja selalu meyakini kemanjuran doa Rosario. Maka Gereja mempercayakan masalah-masalah yang paling pelik kepada doa Rosario, kepada pendasaran bersama-sama dan tanpa henti. Lewat doa Rosario ini kedamaian akan dialami karena doa ini memang untuk perdamaian sambil juga mengingat bahwa akan sangat indah jika doa ini dipanjatkan oleh semua keluarga untuk menjamin keutuhan hidup berkeluarga dan membiasakan anak-anak untuk berdoa dan menumbuhkan serta mengembangkan mereka lewat pendarasan Rosario. Meningkatkan hidup rohani bersama Bunda Maria, Rosario Perawan Maria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar