Senin, 13 September 2010

RIGHT MAN ON THE RIGHT PLACE

RIGHT MAN ON THE RIGHT PLACE
(Pesta St. Matias Rasul)
Kis 1:15-17,20-26;Yoh 15:9-17
            Penempatan orang pada suatu jabatan bisa dilakukan lewat penunjukkan langsung, lewat pemilihan, atau juga lewat aklamasi. Ungkapan yang sering muncul adalah “Right man on the right place.” Muncul kemudian bupati, gubernur dan presiden sebagai hasil pemilihan umum, atau juga gembala umat di suatu paroki setelah ditempatkan oleh uskup, atau juga terpilihnya ketua KMK setelah diadakan aklamasi oleh para anggota. Namun ternyata ada cara lain lagi untuk menempatkan orang dalam jabatan atau tugas tertentu, yaitu lewat pengundian. Semacam lotre untuk memilih siapa yang menjadi pemenang. Santo Matias adalah satu dari sekian orang yang mendapatkan posisi lewat system pengundian. Orang bisa saja menyerukan: “Vox populi vox Dei”, tapi jelas pula bahwa pengundian seseorang untuk jabatan tertentu merupakan pula suara Tuhan yang disampaikan kepada manusia. Matias merupakan rasul yang terpilih lewat pengundian. Pemilihan dirinya sebagai rasul untuk menggenapi posisi yang ditinggal oleh Yudas boleh dilihat juga sebagai cara Tuhan untuk melengkapi Gereja-Nya dengan orang-orang yang memiliki kompetensi untuk pengembangan umat-Nya. Ia terpilih dalam bilangan para rasul setelah semua yang terlibat dalam pemilihan tersebut berdoa meminta petunjuk Tuhan mengenai siapa yang paling layak itu. Syaratnya terpenuhi yaitu bahwa Matias senantiasa berkumpul bersama para rasul selama Tuhan Yesus ada bersama dengan mereka, ia pasti juga sudah tahu ajaran Yesus, yaitu cinta-kasih. Ini berbanding terbalik dengan pengalaman Yudas yang justru tampil sebagai penghianat.
            Masuk dalam bilangan para rasul sebetulnya tidak lain dari memasuki kasih dan kesetiaan tuhan. Yesus dalam Injil hari ini memberi penegasan tentang kasih. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Pernyataan Yesus ini memberi landasan kepada para rasul bahwa ada nersama-nya mengandaikan keberadaan orang dalam kasih. Allah adalah kasih. Terpilihnya Matias dalam lingkup bilangan para rasul merupakan petunjuk Tuhan agar orang menyatu dengan-Nya sebagai sumber segala kasih. Namun bukan sebatas itu saja. Ia juga ingin agar kasih itu terarah kepada orang lain: “Kasihilah seorang akan yang lain.” Dengan demikian, terpilihnya orang dalam suatu jabatan Gereja sebenarnya merupakan panggilan untuk mengasihi dan melayani satu sama lain. Tak perlu ada penolakan untuk jabatan yang diberikan karena di balik itu ada rencana Tuhan bagi orang yang dipilih-Nya. Pengundian Matias sebagai rasul Yesus merupakan sapaan juga kepada semua orang bahwa Allah senantiasa menunjukkan cinta-Nya lewat cara yang berbeda. Yang pasti itulah bahwa Allah tak pernah kekurangan cara untuk menolong manusia dan melengkapi manusia dengan kasih-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar