[Hari Raya Kenaikan Tuhan]
(Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53)
Andai ada orang melempar batu ke air, maka akan muncul gerakan sentrifugal, yaitu lingkaran membesar yang menyebar dari titik pusat jatuhnya batu tersebut (lawan dari sentripetal). Makin besar batu yang dilemparkan akan makin besar pula lingkaran yang tercipta. Batu itu semacam memiliki kekuatan dan kuasa untuk mempengaruhi air. Kalau air itu menerima rangsangan, maka ia pasti akan bereaksi, yaitu dengan menunjukkan gerak melebar yang membentuk lingkaran dari titik pusat. Demikian halnya dengan manusia. Manusia memang bukan batu, tetapi kalau mengambil pengandaian dari batu yang dilempar di tengah air, maka akan ada reaksi yang luas kalau manusia menunjukkan kuasanya. Kuasanya itu tentu saja harus dinampakkan kepada orang lain. Namun kuasa yang dimaksudkan tentu saja lain. Yesus mengatakan bahwa para murid-Nya akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun atas mereka. dasarnya manusia memang sudah punya kuasa (bdk. kej.2:19-20). Namun dengan menjanjikan Roh Kudus, Yesus mau melengkapi para murid agar pengaruh mereka sungguh terasa.
Dengan kuasa yang dijanjikan, Yesus sebetulnya mau agar para murid menjadi saksi-Nya. Mereka menjadi saksi, bukan saja dalam lingkup sempit, Yerusalem dan Yudea, tetapi juga Samaria dan bahkan sampai ke ujung bumi. Itu berarti bahwa kuasa Roh Kudus yang akan menaungi mereka sungguh memiliki daya pengaruh yang luar biasa dari Yerusalem sampai ke ujung dunia. Mau dikatakan bahwa pewartaan Yesus harus menyentuh seluruh lapisan bangsa dan budaya. Bukan saja di Israel, melainkan bagi semua umat manusia. Tidak mengherankan kalau Yesus langsung memberi penegasan kepada para murid untuk tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri karena mulanya para murid berpikiran sempit, yaitu pemikiran untuk pemulihan Israel sebagai satu bangsa. Bagi Yesus gema kuasa Roh Kudus yang akan deberikan-Nya tidak hanya untuk Israel, melainkan untuk semua bangsa. Itulah yang ditekankan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga.
Perayaan kenaikan Yesus ke surga mau mengingatkan setiap orang Kristen untuk menjadi saksi Kristus. Itu berarti bahwa orang tidak boleh hanya berpikiran sempit dan dangkal, memikirkan sesuatu yang kosong, melainkan ia harus menunjukkan jati diri kekristenannya di tengah umat dan masyarakat. Setiap orang harus menunjukkan daya pengaruh dirinya sebagai orang baik di tengah-tengah lingkungannya. Pengalaman saat para murid terheran-heran sambil menatap langit ketika melihat Yesus terangkat ke surga justru mendapat teguran dari dua orang yang berpakaian putih agar mereka tidak terus-menerus melihat ke langit. Dengan melihat terus ke atas, mereka hanya melihat bayangan kosong, mengawan, dan tak berguna. Hal tersebut untuk menyebut juga bahwa orang seharusnya membuka mata bagi dunia sekeliling mereka. Harus ada keseimbangan antara penglihatan ke atas dan pengarahan pandangan ke sekeliling. Bahwa penglihatan akan Allah di surga harus mewujud dalam tindakan konkrit sehari-hari. Tindakan konkrit itulah yang akan mengakibatkan gerakan sentrifugal, yaitu pengaruh kebaikan diri sendiri melebar bagi orang-orang di sekitar. Kebaikan diri harus terungkap dan dialami oleh orang lain. Dalam arti itu gema kenaikan Yesus mendapatkan maknanya. Tidak sia-sialah berkat Yesus kepada para murid dan kepada semua yang percaya kepada-Nya. Seperti para murid yang pulang dengan sukacita setelah menerima berkat Yesus saat Ia terangkat ke surga, demikian saat ini semua orang juga mendapatkan berkat sukacita lewat kenaikan-Nya sekaligus ajakan untuk menjadi seperti para murid: senantiasa berada di rumah Tuhan dan memuliakan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar