Selasa, 30 April 2013

28 Maret: Santo Doroteus dari Gaza, Pengaku Iman

Selagi dalam pendidikan Doroteus bosan dengan segala macam pelajaran di sekolah. Lebih baik aku memegang ular daripada membolak balik buku pelajaran, katanya. Tetapi lama kelamaan ia merobah sikapnya yang konyol itu dan berjuang menghilangkannya. Hasilnya ialah ia kemudian menjadi orang yang amat rajin dan suka belajar dan membaca.
Semangat baru ini kemudian menghantar dia kedalam kehidupan membiara pada tahun 530 di sebuah biara di Palestina. Kepada rekan- rekannya ia mengatakan: Jika kita dapat mengalahkan perasaan bosan dan segan belajar sehigga kita menjadi orang yang suka belajar, maka tentunya kita juga dapat mengalahkan hawa nafsu dan menjadi orang yang Kudus. Kata- kata ini menunjuk pada tekadnya yang keras membaja untuk mencapai kesempurnaan hidup lewat cara hidup membiara. Salah satu caranya adalah senantiasa bersikap terus terang, dan terbuka hati dan pikiran kepada atasan dan rekan- rekannya. Dengan cara ini ia memperoleh ketenangan batin dan semangat dalam menjalani cara hidup membiara. Dalam bukunya ia menulis: Barangsiapa rajin berdoa dan bermati- raga serta berusaha sungguh- sungguh menguasai kehendaknya, ia akan mencapai ketenteraman batin yang membahagiakan.
Dorotues mencapai kemajuan pesat dalam hidup rahaninya dan kemudian mendirikan dan memimpin sebuah biara pertapaan di Gaza. Ia berusaha memajukan pertapaannya dengan menjalankan pekerjaan- pekerjaannya dengan baik dan menciptakan persaudaraan antar para rahib. Ia selalu berlaku ramah kepada rekan- rekannya. Tahun- tahun terakhir hidupnya, ia mengalami banyak masalah. Godaan dan penyakit merupakan percobaan besar baginya. Namun ia tetap riang. Kepada rekan- rekannya ia mengatakan: Tidaklah sukar mencari dan menemukan sebab  musabab dari semua itu. Baiklah kalau kita mempercayakan diri kepada Tuhan sebab Ia tahu apa yang penting dan berguna bagi kita. Tulisan- tulisan rohaninya sangat bagus, sehingga pada abad ke 17 tulisan- tulisan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan Inggris.
Bagi Doroteus, kesucian tidaklah sama dengan mengejakan mukzijat- mukzijat dan / atau menjalankan puasa dan tapa. Semuanya itu memang baik dan berguna, kesucian itu suatu tindakan menyangkal diri sendiri dan menundukkan kehendak pribadi kepada kehendak Tuhan atau menhendaki semata- mata apa yang dikehendaki oleh Tuhan, demi cinta kasih akan Dia. Dengan berusaha mencapai tujuan inilah, maka Doroteus akhirnya menjadi orang Kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar