Saat ditertawakan oleh
orang-orang Spanyol karena kesasar, Christopher Colombus berkata: “Kalau saya
tidak pernah tersasar, kalian tidak akan pernah menemukan jalan baru.” Ia
melakukan kesalahan. Namun ia masih bisa tersenyum ketika banyak orang
memandangnya sebagai manusia bodoh dan gagal. Misi untuk menemukan India justru
hanya berakhir di Amerika. Orang-orang pulau tersebut bahkan dipaksakan namanya
untuk disebut Indian. Pastinya tidak akan ada orang Indian di Amerika jika
perjalanan lautnya langsung mencapai tujuan: daratan India. Amerika sekarang
adalah Negara besar, maju, dan disegani dalam politik internasional. Mereka
bahkan menyebut diri sebagai polisi dunia. Kebesaran Negara ini bagai magnet
yang menyedot manusia dari berbagai penjuru dunia untuk datang melebur bersama.
Berkat di balik kegagalan. Ada keberuntungan di balik kesialan. Adalah lebih
baik gagal atau melakukan kesalahan daripada terlihat sukses atau terlihat
benar tanpa melakukan apa-apa. Lao Tze mengatakan: “Ada keberuntungan dalam
setiap bencana; ada kemalangan dari setiap nasib baik.” Mengkontraskan
kegagalan dan kesuksesan, nasib baik dan kesialan justru hanya akan menyisahkan
tangisan, rasa sedih, keputusasahan dan yang ekstrim adalah bunuh diri. Bijak
untuk meyakini bahwa kegagalan itu penting untuk sukses yang indah.
Simon mewakili masyarakat
optimis dalam memandang hidup dan kerja. Hidupnya mengungkapkan jatuh bangun
kehidupan manusia. Kesialan dan keberuntungan membentuk dirinya menjadi pribadi
handal. Ia tampil sebagai nelayan
berpengalaman, hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir. Ia menangkap
ikan dan mungkin juga tahu caranya budi daya perikanan. Ia pasti menguasai
semua teknik kelautan, menakhodai perahu, melemparkan jala, memancing ikan,
menumbak ikan. Ia tahu juga bahwa ikan tangkapan bergantung pada peruntungan,
kondisi cuaca dan musim. Akan tetapi pengalamannya sebagai nelayan ternyata
tidak selalu memberikan jaminan datangnya rejeki yang besar. Ia menghadirkan fakta
bahwa kesialan dan nasib kurang beruntung ternyata merupakan bagian penting
dari kehidupan. Tidak selamanya orang itu akan sukses. Banyak kali kegagalan
itu harus ada untuk mendapatkan kesuksesan dan keuntungan yang luar biasa.
Perlu ada keyakinan bahwa di balik kegagalan pasti ada kesuksesan yang
tertunda; ada berkat dalam kesialan. Yang paling utama adalah keyakinan bahwa
ada Tuhan yang selalu menemani dan menawarkan cara terbaik untuk berhasil.
Tuhan juga ternyata mau mengajar dalam segala situasi hidup manusia. Tuhan
tidak saja terbatas dalam lingkup liturgis di gereja, namun ia juga menyertai
dan hadir dalam dunia kerja manusia. Menarik sekali, ketika Yesus menaiki
perahu Simon dan di atas perahu itu Yesus mengajar. Entah apa yang Dia ajarkan
saat itu. Yang jelas dunia pekerjaan digunakan-Nya sebagai mimbar di mana orang
bisa mengenal kebenaran. Tetapi semuanya bisa terjadi karena respon Simon yang
tepat. Simon terpesona dengan pengajaran Yesus. Karena itu ia menurut saja
(walau terkesan agak terpaksa) ketika Yesus menyurunya bertolak ke tempat yang
dalam dan kembali menebarkan jala. Ia bisa saja menolak perintah Yesus dengan
beberapa alasan: Pertama, Yesus adalah tukang kayu, bukan nelayan. Bagaimana ia
sebagai nelayan harus menuruti nasihat dari tukang kayu dalam hal menangkap
ikan? Agak rancu mungkin kalau para pemilik tokoh bangunan di kawasan Calaca
mengajarkan cara melaut kepada orang Talaud (misalnya). Kedua, sepanjang malam itu mereka tidak
mendapat ikan, padahal malam adalah waktu yang terbaik untuk menangkap ikan. Mereka
tahu bahwa ikan naik ke permukaan pada malam hari untuk makan. Tetapi sekarang
Yesus menyuruh mereka menjala ikan pagi/siang hari. Siang hari ikan biasanya
mencari tempat yang dalam dan lebih sejuk. Agak aneh! Ketiga, tempat yang dalam
bukanlah tempat yang baik untuk menjala ikan, kecuali mereka mempunyai jala
yang sangat besar, yang jelas mungkin tidak dipunyai oleh nelayan pada jaman
itu. Perahu Simon mungkin juga kecil. Akan tetapi Simon memilih untuk mengikuti
sapaan Yesus. Akibatnya adalah ikan yang banyak berhasil ditangkap. Dalam injil
Yohanes (21:11) disebutkan bahwa jumlah ikan tersebut 153 ekor. Selalu ada
berkat dalam kemalangan hidup. Ada kesuksesan di balik kegagalan.
Simon yang mengalami kegagalan
ternyata tidak putus asah. Ia sabar menantikan waktu Tuhan untuk memberkati
pekerjaannya dan ia juga menghadirkan Tuhan dalam dunia kerjanya (naik di
perahu miliknya). Ia juga begitu murah hati ketika mendapatkan berkat. Tidak
lupa ia juga membagikan berkat-berkat itu kepada perahu yang lain, sekaligus
dengan cara tersebut perahunya tidak tenggelam. Dengan cara itu, Simon bukan
saja dapat berkat yang besar tetapi juga berkat yang luar biasa. Ia tahu dan
sadar akan keberadaan dirinya (saya adalah orang berdosa) sehingga tidak perlu
ada yang disombongkan. Ia menjadi rendah hati. Karena itu Tuhan kemudian
memanggilnya. Satu panggilan untuk menegaskan bahwa ketika banyak berkat
diterima, ketika orang mengalami kesuksesan, maka bagus untuk mengikuti Dia yang
memberi berkat. Ini untuk mengingatkan agar orang tidak menjadi budak harta dan
kepemilikan. Mengikuti si pemberi berkat jauh lebih berharga daripada berkat
itu sendiri. Semua orang pastinya memiliki pengalaman jatuh bangun, pengalaman
kesialan dan kesuksesan. Dunia usaha yang mengalami penurunan, investasi yang
gagal, sakit yang mencemaskan, kegagalan
dalam hidup perkawinan, gagal mendidik anak-anak, gagal dalam pendidikan,
kekecewaan karena dihina dan disudutkan. Dalam situasi demikian, lihatlah
pengalaman Petrus. Ia mempersilahkan Tuhan masuk dalam perahu hatinya. Tuhan
mungkin mau mengatakan jangan cemas jangan takut dengan masalahmu. Ada aku yang
menyertai. Bertolaklah ke tempat yang dalam, masuklah ke hatimu, ada Aku di
sana. Ada berkat melimpah yang tersedia. (Fr. Lucky)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar