Santa Louisa de Marillac, Janda
Louisa tergolong anak malang. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berumur 3 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda dengan empat anak. Perkembangannya tidak dipedulikan oleh ibu tirinya itu. Setelah beberapa tahun, ia dimasukkan ke sebuah asrama puteri, milik suster- suster. Disinilah mulai tumbuh minatnya pada kehidupan membiara. Tetapi karena kesehatannya selalu terganggu, ia keluar lagi dari asrama itu. Pada umur 22 tahun, ia menikah dengan seorang pemuda bangsawan bernama Antonius Legras, sekretaris istana Ratu Perancis. Kepada mereka, Tuhan menganugerahi seorang anak laki- laki yang dipermandikan dengan nama Mikheal. Sebagai ibu rumah tangga, Louisa selalu melayani suami dan anaknya dengan penuh cinta. Meskipun demikian kesulitan dalam keluarga pun sering dialaminya. Suaminya sering tidak berada di rumah karena tuntutan tugasnya. Sedangkan dia sendiri pun kerapkali ketakutan karena merasa berat menangani anaknya. Kekuatiran kemerosotan hidup rohaninya menjadi suatu sumber ketakutan lain baginya.
Louisa tergolong anak malang. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berumur 3 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda dengan empat anak. Perkembangannya tidak dipedulikan oleh ibu tirinya itu. Setelah beberapa tahun, ia dimasukkan ke sebuah asrama puteri, milik suster- suster. Disinilah mulai tumbuh minatnya pada kehidupan membiara. Tetapi karena kesehatannya selalu terganggu, ia keluar lagi dari asrama itu. Pada umur 22 tahun, ia menikah dengan seorang pemuda bangsawan bernama Antonius Legras, sekretaris istana Ratu Perancis. Kepada mereka, Tuhan menganugerahi seorang anak laki- laki yang dipermandikan dengan nama Mikheal. Sebagai ibu rumah tangga, Louisa selalu melayani suami dan anaknya dengan penuh cinta. Meskipun demikian kesulitan dalam keluarga pun sering dialaminya. Suaminya sering tidak berada di rumah karena tuntutan tugasnya. Sedangkan dia sendiri pun kerapkali ketakutan karena merasa berat menangani anaknya. Kekuatiran kemerosotan hidup rohaninya menjadi suatu sumber ketakutan lain baginya.
Untuk mengatasi semua itu, ia giat melakukan pekerjaan- pekerjaan amal
dan rajin berdoa. Kegemarannya melukis terus dilakukannya dalam waktu-
waktu senggang. Pekerjaan- pekerjaan amal yang dilakukannya bagi orang-
orang sakit dan miskin membuatnya sangat dekat dengan mereka. Atas
penyelenggaraan Ilahi, ia bertemu dengan Santo Fransiskus dari Sales.
Pada hari raya pentekosta tahun 1623, ia mengalami
suatu peristiwa ajaib: ia mendengar suatu suara ajaib yang
memberitahukan kepadanya tentang kehidupannya di masa yang akan datang
sebagai salah seorang anggota sebuah serikat religius yang akan
mengabdikan hidupnya kepada kaum miskin. Suara itu pun menjanjikan
kepadanya seorang bapa pengakuan yang saleh. Dalam suatu penglihatan,
ia menyaksikan sejumlah besar suster keluar masuk sebuah biara.
Pengalaman ini akhirnya menjadi kenyataan baginya. Pada tahun 1625
ketika suaminya meninggal dunia, Louisa mulai memasuki corak hidup baru
seperti yang dikatakan oleh suara ajaib itu. Tuhan mengirimkan
kepadanya Santo Vinsensius a Paulo sebagai Bapa pengakuannya. Oleh
Vinsensius ia ditugaskan untuk mengambil bagian dalam aksi amal yang
dilakukan oleh perkumpulan Vinsensius di Prancis. Pada tahun 1633,
Vinsensius menugaskan Louisa mendidik gadis- gadis agar kemudian
mendampinginya dalam karya amal tersebut.
Tugas ini perlahan- lahan menjadikan dia pembina dan ibu bagi sebuah
tarekat baru: Tarekat Puteri- puteri Kasih. Tarekat ini berkembang
pesat dan menyebar ke seluruh pelosok Perancis. Mereka mengabdikan diri
secara khusus pada pelayanan orang- orang sakit. Kemudian tarekat ini
mengembangkan sayapnya sampai Italia dan Polandia. Louisa tetap menjadi
pemimpin dan pembina tarekat ini selama 35 tahun. Sebelum
menghembuskan nafasnya, ia berpesan kepada para susternya agar selalu
bermurah hati penuh cinta kepada kepada para miskin dan pengemis. Sebab
didalam mereka, Kristus tampak secara paling nyata. Louisa meninggal
pada tanggal 15 Maret 1660. Ia meninggal dengan penuh kasih dalam diri
para miskin dan orang sakit. Putri- putri Kasih ini berkarya juga di
Indonesia yakni di Surabaya.
Santo Klemens Maria Hofbauer, Pengaku Iman
Kehidupan Klemens dihiasi dengan rentetan kesukaran dan kegagalan.
Namun menurut Sri Pius VII (1800- 1823), sahabat karib Klemens, ia
adalah seorang rasul yang tangguh, suci dan tiang penyangga Gereja. Ia
dikenal sebagai Rasul Gereja Vienna.
Ia lahir pada tanggal 26 Desember 1751 di Tasswitz,
Moravia,bagian dari wilayah Cekoslovakia. Sejak masa mudanya, ia
bercita- cita menjadi imam. Tetapi keluarganya yang hidup dari hasil
peternakan sapi tidak mempunyai apa- apa untuk menyekolahkan dia. Oleh
karena itu, ia menjadi tukang roti semenjak berumur 15 tahun. Beberapa
tahun berikutnya, ia menjalani corak hidup baru sebagai pertapa sambil
tetap melakukan pekerjaannya sebagai tukang roti.
Sekitar tahun 1780, Yoseph II sebagai kaisar Romawi membumihanguskan
pertapaan- pertapaan yang ada. Karena peristiwa ini, Klemens pergi ke
Vienna. Disana ia terus melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang roti.
Sementara itu ia mengikuti kuliah di Roma dan Vienna dari tahun 1780-
1784. Kemudian ia masuk biara Redemptoris di Roma dan ditabhiskan
menjadi imam tahun berikutnya.
Sebagai imam baru, Klemens dikirim ke Vienna untuk mendirikan sebuah biara redemptoris. Namun usahanya ini gagal karena perlawanan dari pengikut- pengikut kaisar Yoseph II yang ingin menundukkan para imam ke bawah pemerintahan absolut negera. Sebagai gantinya, ia dikirim ke Warswa untuk memimpin kelompok umat Katolik yang berbahasa Jerman. Ia mengirim para misionaris untuk mendirikan biara- biara Redemptoris di Jerman, Swiss, daerah- daerah Baltik, dan berbagai daerah di Polandia.
Sebagai imam baru, Klemens dikirim ke Vienna untuk mendirikan sebuah biara redemptoris. Namun usahanya ini gagal karena perlawanan dari pengikut- pengikut kaisar Yoseph II yang ingin menundukkan para imam ke bawah pemerintahan absolut negera. Sebagai gantinya, ia dikirim ke Warswa untuk memimpin kelompok umat Katolik yang berbahasa Jerman. Ia mengirim para misionaris untuk mendirikan biara- biara Redemptoris di Jerman, Swiss, daerah- daerah Baltik, dan berbagai daerah di Polandia.
Kira- kira pada tahun 1808, ia dipaksa oleh hukum antiklerus dari
Napoleon I untuk meninggalkan Warsaw. Ia kembali ke Vienna, dan disana
diangkat menjadi pastor pembantu untuk biara suster- suster Ursulin dan
rektor untuk gereja mereka yang mulai dibuka untuk umum. Ia bersama
pembantunya bekerja dengan giat untuk menghidupkan kembali Gereja
Vienna dengan mempertobatkan umat- umat dan menolong orang- orang sakit
dan miskin. Akhirnya, namanya mulai dikenal banyak orang, termasuk
para pembesar negara, dan profesor- profesor Universitas.
Pada tahun- tahun terakhir hidupnya, sebagai bagian dari rencananya
untuk mewariskan iman Katolik yang benar di Vienna, Klemens mendirikan
sebuah sekolah Katolik untuk para imam dan awam. Kecuali itu, pada
Konggres di Vienna, ia dengan gigih berusaha menggagalkan gerakan
gereja nasional. Ia juga berusaha mendapatkan ijin dari pemerintah
untuk mendirikan sebuah perkumpulan Redemptoris di Vienna. Usahanya ini
membuat dia dikenal sebagai pendiri Ordo Redemptoris kedua.
Klemens meninggal dunia di Vienna pada tanggal 15
Maret 1820, dan digelari Rasul Gereja Vienna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar