Kamis, 08 Desember 2011

Hari Komunikasi Sedunia ke 34, 2000, Yohanes Paulus II, Pesan pada hari Media se-Dunia: MEMAKLUMKAN KRISTUS DALAM MEDIA PADA FAJAR MILENIUM BARU 24 Januari 2000


 Saudara-saudari terkasih,
Tema hari komunikasi Sosial se-Dunia ke tiga puluh empat, Memaklumkan Kristus dalam Media pada fajar Milenium Baru, merupakan undangan untuk menatap ke depan segala tantangan yang kita hadapi, dan juga kembali kepada fajar iman Kristiani, untuk menggali terang dan kekuatan yang kita perlukan. Inti pesan yang kita maklumkan selalu tentang Yesus sendiri: “seluruh sejarah manusia pada kenyataannya tertuju kepada Dia: jaman kita dan masa depan dunia diterangi oleh kehadiranNya” (Incarnationis Mysterium, 1).
Bab-bab awal dari Kisah Para Rasul memuat gambaran yang dinamis mengenai pemakluman Kristus oleh para muridNya – suatu pemakluman yang sekaligus spontan, sarat iman, dan persuasif, dan diresapi kuasa Roh Kudus.
Yang pertama dan paling penting, para murid memaklumkan Kristus sebagai tanggapan atas tugas perutusan yang diberikanNya kepada mereka. Sebelum naik ke surga Ia berkata kepada para Rasul: “kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis 1:8). Dan meskipun mereka adalah “orang biasa dan tidak terpelajar” (Kis 4:13), cepat tanggap dan dengan sepenuh hati.
Sesudah beberapa waktu lamanya dalam doa bersama Maria dan pengikut Tuhan yang lain, dan bertindak atas dorongan Roh, para Rasul memulai karya pemakluman pada Pentakosta (bdk. Kis 2). Ketika kita membaca peristiwa-peristiwa yang mengagumkan itu, kita diingatkan bahwa sejarah komunikasi adalah semacam perjalanan, dari proyek menara Babel yang didorong oleh kesombongan dan mengakibatkan kehancuran karena semua menjadi kacau dan tak dapat saling memahami (bdk. Kej 11:1-9), menuju peristiwa Pentakosta dan anugerah bahasa roh: suatu perbaikan komunikasi, yang berpusat pada Yesus, melalui karya Roh Kudus. Maka memaklumkan Kristus terarah pada perjumpaan antar manusia dalam iman dan kasih dalam tingkat kemanusiaannya yang terdalam, Tuhan yang bangkit sendiri menjadi perantara komunikasi sejati antar sesama dalam Roh.
Pentakosta hanyalah permulaan. Bahkan ketika diancam dengan hukuman, para rasul tidak mundur untuk memaklumkan Tuhan: “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar”, kata Petrus dan Yohanes di hadapan Sanhedrin (Kis 4:20). Memang, penganiayaan sendiri menjadi sarana bagi karya perutusan itu. Ketika pengejaran yang gencar terjadi di Yerusalem sesudah kemartiran Stefanus, para pengikut Kristus terpaksa melarikan diri, “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil” (Kis 8:4)
Inti pesan yang hidup yang diwartakan para Rasul adalah penyaliban dan kebangkitan Yesus – kemenangan hidup melawan dosa dan maut. Petrus berkata kepada Kornelius dan hambanya: “…. mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib. Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, …. Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.” (Kis 10:39-43).
Hal tersebut berlangsung tanpa memperhitungkan bahwa situasi telah berubah sangat cepat dalam dua milenium. Namun kebutuhan yang sama untuk memaklumkan Kristus masih tetap ada. Kewajiban kita untuk menjadi saksi akan wafat dan kebangkitan Yesus dan akan kehadiranNya yang menyelamatkan dalam hidup kita sekarang begitu nyata dan mendesak sebagaimana kewajiban murid-murid yang pertama dulu. Kita harus mewartakan kabar baik kepada semua orang yang terbuka untuk mendengarkan.
Pemakluman secara langsung, pribadi – satu orang membagikan iman akan Tuhan yang bangkit kepada sesamanya – begitu mendasar; demikian juga bentuk-bentuk tradisional yang lain dalam penyebaran sabda Allah. Namun, bersamaan dengan ini, pemakluman jaman ini harus juga terlaksana di dalam dan melalui media. “Gereja akan merasa bersalah di hadapan Tuhan kalau tidak menggunakan sarana-sarana yang ampuh ini” (Paus Paulus VI, Evangelii Nuntiandi, 45).
Pengaruh yang kuat dari media di dunia sekarang ini dapat begitu dilebih-lebihkan. Datangnya masyarakat informasi merupakan revolusi budaya yang nyata, yang membuat media menjadi “Areopagus utama dari jaman modern” (Redemptoris Missio, 37), dimana kenyataan dan gagasan dan nilai terus menerus dipertukarkan. Melalui media, manusia berhubungan dengan manusia lain dan aneka peristiwa, dan membentuk pemahaman mereka tentang dunia yang mereka diami – sungguh, membentuk pengertian mereka tentang makna kehidupan. Bagi banyak orang, pengalaman akan hidup sebagian besar terwujud dalam pengalaman akan media (bdk. Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, Aetatis Novae, 2). Pemakluman Kristus harus menjadi bagian dari pengalaman ini.
Biasanya, dalam memaklumkan Tuhan, Gereja harus mendayagunakan secara aktif dan terampil segala sarana komunikasinya – buku-buku, suratkabar dan buletin, radio, televisi, dan sarana-sarana lain. Dan para komunikator katolik harus berani dan kreatif dalam mengembangkan media dan metode baru untuk pemakluman itu. Namun, sebanyak mungkin, Gereja juga harus menggunakan segala kesempatan yang tersedia di media sekular.
Media sudah menyumbangkan kekayaan rohani dengan berbagai cara – misalnya, banyaknya program khusus yang ditayangkan kepada para pemirsa seluruh dunia melalui sarana telekomunikasi satelit selama tahun Yubileum Agung. Namun, di sisi lain, mereka menampilkan sikap tidak peduli, bahkan bersifat memusuhi, terhadap Kristus dan pesanNya yang ada di bagian-bagian tertentu dari kebudayaan sekular. Kendati demikian, ada kebutuhan untuk semacam “penelitian batin” pada bagian dari media, yang membawa kepada kesadaran yang lebih kritis mengenai penyimpangan atau kekurang-hormatan terhadap sikap beragama (religiositas) manusia dan keyakinan-keyakinan moral.
Penampilan media yang menarik perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, khususnya mereka yang lemah, yang tertindas dan tersingkir, dapat menjadi pemakluman secara tidak langsung (implisit) akan Tuhan. Namun, disamping pemakluman secara tidak langsung (implisit), para komunikator kristiani hendaknya juga mencari cara-cara untuk berbicara secara langsung (eksplisit) akan wafat dan kebangkitan Yesus, akan kemenanganNya atas dosa dan maut, dan dengan cara yang cocok dengan sarana yang digunakan dan sesuai dengan kemampuan para penerimanya.
Untuk melaksanakan dengan baik dituntut pendidikan dan kemampuan profesional. Namun juga menuntut lebih lagi. Untuk menjadi saksi Kristus perlulah berjumpa denganNya secara pribadi dan mengedepankan hubungan denganNya dalam doa, Ekaristi dan sakramen tobat, membaca dan merenungkan sabda Allah, mempelajari ajaran Kristiani, dan melayani sesama. Dan selalu, kalau memang sungguh-sungguh asli, pasti merupakan karya Roh lebih daripada karya kita sendiri.
Untuk memaklumkan Kristus tidak hanya merupakan kewajiban tetapi juga hak istimewa. “Perjalanan dari umat beriman menuju milenium ke tiga sama sekali tidak tertindih keletihan yang dapat ditimbulkan oleh beban sejarah selama dua ribu tahun yang lalu. Justru sebaliknya, orang-orang Kristiani merasa disegar-kuatkan, karena mereka mengetahui bahwa mereka membawakan dunia terang sejati, yaitu Kristus Tuhan. Dengan mewartakan Yesus dari Nazaret, Allah benar-benar dan Manusia sempurna, Gereja membukakan kepada semua orang prospek “menjadi ilahi” dan dengan demikian menjadi lebih manusiawi. “ (Incarnationis Mysterium, 2)
Yubileum Agung 2000 tahun kelahiran Yesus di Betlehem harus menjadi kesempatan dan tantangan bagi para murid Tuhan untuk memberi kesaksian dalam dan melalui media mengenai hebatnya mewartakan kabar gembira dan karya penyelamatan kita yang membawa penghiburan. Dalam “tahun rahmat” ini, semoga media menyerukan tentang Yesus sendiri, dengan jelas dan sukacita, dalam iman, harapan dan kasih. Pemaklumkan Kristus di media pada fajar milenium baru ini bukan hanya bagian penting dari tugas perutusan Gereja untuk berevangelisasi; melainkan juga pemberian inspirasi dan kekayaan yang penuh pengharapan melalui berita media. Semoga Allah dengan berlimpah-limpah memberkati semua orang yang menghormati dan memaklumkan PuteraNya, Tuhan kita Yesus Kristus, dalam dunia sarana komunikasi sosial yang sangat luas.
Vatican, 24 January 2000
YOHANES PAULUS II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar