Kamis, 08 Desember 2011

Hari Komunikasi Sedunia Ke 33, 1999: Pesan Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II untuk Hari Komunikasi Sosial se-Dunia yang ke-33. Mass Media: Sahabat yang ramah


Saudara-saudariku yang terkasih,
1. Kita mendekati Jubileum Agung tahun 2000 dari kelahiran Yesus Kristus, Sabda Allah yang menjadi manusia, perayaan yang akan membuka pintu millenium Kristiani yang ketiga. Dalam tahun persiapan yang terakhir ini, Gereja memandang Allah Bapa kita, merenungkan misteri belaskasihanNya yang tanpa batas. Dialah Allah asal segala kehidupan dan yang kepadaNya semua akan kembali; dan Dialah Satu-satunya yang berjiarah bersama kita sejak lahir sampai kematian kita, sebagai teman dan sahabat dalam perjalanan.
Saya telah memilih “Mass media: sahabat yang ramah bagi semua orang yang mencari Bapa”sebagai tema untuk Hari Komunikasi se-Dunia tahun ini. Dua pertanyaan yang dapat digali dari tema ini: bagaimana media bekerjasama dengan dan bukannya melawan Allah? Dan bagaimana media dapat menjadi sahabat yang ramah bagi setiap orang yang mengusahakan kehadiran Allah Mahakasih dalam hidup mereka? Termaktub juga di dalamnya pernyataan mengenai kenyataan dan alasan untuk bersyukur: bahwa media dalam setiap saat memberi kemungkinan bagi setiap orang yang mencari Allah dengan cara yang baru untuk membaca baik buku kodrati, yang merupakan bidang akal budi, dan buku wahyu, Kitab Suci, yang merupakan bidang iman. Akhirnya tema ini mencakup juga ajakan dan pengharapan: bahwa setiap orang yang terlibat dalam dunia komunikasi sosial akan menjadi semakin terlibat untuk membantu bukannya menghalangi pencaharian terhadap makna kehidupan yang merupakan inti kehidupan manusia.
2. Menjadi manusia berarti terus menerus mencari; dan, sebagaimana saya tekankan dalam Ensiklik yang terdahulu Fides et ratio, semua pencaharian berakhir dengan mencari Allah: “Iman dan akal budi itu seperti sisi dari dua sayap roh manusia yang menuju permenungan akan kebenaran; dan Allah telah menempatkan dalam hati manusia kerinduan untuk mengenal kebenaran - dengan kata lain, untuk mengenal dirinya sendiri - sehingga, dengan mengetahui dan mengasihi Allah, setiap orang juga dapat semakin mengenal kebenaran tentang diri mereka sendiri”. (n. 1). Jubileum Agung akan menjadi sebuah perayaan akan Allah yang tujuan akhir pencaharian umat manusia, yaitu suatu perayaan akan belaskasihan tanpa batas yang dirindukan oleh setiap orang - kendati mereka seringkali mengalami diri mereka sendiri dibelenggu oleh dosa , seperti diungkapan Santo Agustinus, seperti mencari yang baik di tempat yang salah (bdk. Confessions, X, 38). Kita berdosa kalau kita mencari Allah dimana Ia tak dapat ditemukan.
Oleh karena itu, dalam berbicara kepada “semua orang yang mencari Bapa”, tema Hari Komunikasi se-Dunia tahun ini menyentuh setiap orang. Semua orang mencari, kendati tidak semua mencari di tempat yang tepat. Tema ini mengakui pengaruh khusus dari media dalam kebudayaan modern, dan karena itu media bertanggungjawab untuk memberi kesaksian mengenai kebenaran tentang kehidupan, tentang martabat manusia, tentang makna yang benar mengenai kebebasan dan ketergantungan satu sama lain.
3. Dalam pejiarahan manusia yang mencari, Gereja berkehendak menjadikan media sahabat sambil menyadari bahwa setiap bentuk kerjasama akan dilaksanakan demi kebaikan setiap orang. Kerjasama juga berarti bahwa kita lebih baik lagi saling mengenal satu sama lain. Berulangkali, hubungan antara Gereja dan media dapat dirusak oleh kesalahpahaman satu sama lain yang menghasilkan ketakutan dan saling tidak percaya. Memang benar bahwa budaya Gereja dan budaya media itu berbeda; bahkan pada titik-titik tertentu perbedaan itu sangat tajam. Namun tak ada alasan untuk mengatakan bahwa perbedaan menutup kemungkinan membangun persahabatan dan dialog. Dalam banyak persahabatan yang mendalam, persis perbedaan-perbedaanlah yang mendorong tumbuhnya kreatifitas dan jembatan penghubung.
Budaya berbobot/bermutu dalam Gereja dapat menyelamatkan budaya media mengenai berita-berita ringan yang dapat menimbulkan bahaya sikap tidakpeduli yang menghancurkan pengharapan; dan media dapat membantu Gereja untuk mewartakan Injil dalam semua semangatnya dalam kenyataan hidup manusia setiap hari. Budaya kebijaksanaan dalam Gereja dapat menyelamatkan budaya informasi dalam media dari bahaya penumpukan fakta-fakta yang tak berarti; dan media dapat membantu kebijaksanaan Gereja untuk tetap menampilkan pengetahuan-pengetahuan baru yang sekarang marak. Budaya sukacita dalam gereja dapat menyelamatkan budaya hiburan dalam media dari bahaya menjadi pelarian hampa dari kebenaran dan tanggungjawab; dan media dapat membantu Gereja untuk mengetahui dengan lebih baik bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Inilah beberapa contoh bagaimana kerjasama dalam semangat persahabatan dan dalam taraf yang lebih mendalam dapat membantu baik Gereja maupun media untuk melayani setiap orang pada jaman kita dalam pencaharian mereka akan makna dan kesempurnaan.
4. Dengan ledakan teknologi informasi jaman ini, kemungkinan untuk komunikasi antar pribadi dan kelompok di setiap bagian dunia telah menjadi semakin besar. Namun, sekaligus, kekuatan-kekuatan tertentu yang dapat memimpin kepada komunikasi yang lebih baik juga dapat menjerumuskan kepada pemusatan kepentingan sendiri dan keterasingan. Kita menemukan diri kita sendiri dalam jaman yang sekaligus mengancam dan menjanjikan. Tak seorangpun yang berkehendak baik ingin mengancam menggunakan cara yang dapat membuat manusia tetap dalam penderitaan - setidak-tidaknya pada akhir suatu abad dan suatu millenium yang sudah terlalu dilimpahi penderitaan.
Marilah memandang dengan pengharapan yang besar kepada milenium yang baru, percaya bahwa ada orang-orang baik dalam Gereja maupun di kalangan media yang siap bekerjasama untuk menjamin bahwa janji mengalahkan ancaman, komunikasi mengalahkan keterasingan. Ini akan menjamin bahwa dunia media lebih dan semakin menjadi sahabat yang ramah bagi semua orang, dengan menghadirkan diri melalui berita-berita yang mendalam, informasi yang bijaksana, hiburan yang menuju sukacita. Hal ini juga menjamin suatu dunia dimana Gereja dan media dapat bekerjasama untuk kebaikan umat manusia. Itulah yang dituntut jika kuasa media tidak akan dijadikan kekuatan yang menghancurkan, melainkan kasih yang menciptakan, kasih yang mencerminkan kasih Allah “yang satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” (Efesus 4:6).
Semoga semua yang berkarya dalam dunia Komunikasi Sosial mengalami sukacita penyertaan ilahi, sehingga dengan menyadari persahabatan Allah mereka mampu membangun persaudaraan semua orang dalam pejiarahan ke rumah Bapa, yang baginya hormat dan kemuliaan, pujian dan syukur, bersama Putera dan Roh Kudus, sepanjang segala masa.
24 Januari 1999,
pesta Santo Fransiskus de Sales.
Yohanes Paulus II.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar